Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 28 Agustus 2009

Dari 50 Kasus di TNMB, Baru 17 yang P.21


Anggur, Salah Satu Kekayaan TNMB

lontarnews.com
Penyelesaian kasus perusakan hutan dan sejenisnya, tidak bisa diselesaikan hanya dengan negoisasi atau pendekatan bahkan pemberian penyadaran kepada mereka yang terbiasa dan kerap melakukan perusakan hutan. Apapun bentuk pelanggaran yang dilakukan atas keberadaan dan kelestarian hutan, haruslah diselesaikan berdasarkan hukum yang berlaku.

Karena jika tidak, maka sangat bisa dipastikan kondisi hutan Indonesia, yang saat ini sudah rusak, akan semakin rusak akibat ulah dan keserakahan orang-orang yang memang suka merambah hutan. Buntutnya, kekeringan dan kesulitan air akan menjadi pemandangan sehari-hari dari kehidupan masyarakat di Indonesia.
Oleh sebab itu, penangangan sekaligus pengungkapan kasus yang berkaitan dengan hutan, harus dilakukan berdasarkan hukum hingga tuntas. Siapapun yang menjadi pelaku dalam kasus kerusakan hutan ini, harus ditindak tegas tanpa pandang bulu.
Hanya dengan cara ini, keseluruhan hutan di Indonesia, tidak terkecuali dengan Kawasan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), akan bisa terjaga dengan baik. Karena itu, demi kelestarian alam dan ekosistem hutan sebagai penyanggah bagi kehidupan ummat manusia, semua kasus yang terkait di dalamnya, harus diselesaiakan melalui proses hukum di pengadilan.
Sehingga langkah tersebut merupakan suatu bentuk guna menjaga kredibilitas lembaga sebagai pihak yang berwenang melestarikan kawasan hutan taman nasional dengan sebaik-baiknya. Oleh karenanya keseluruhan kasus tindak kejahatan hutan di kawasan taman nasional Meru Betiri Jember petugas tidak kenal adanya intimidasi atau di dekati maupun dinego oleh keluarga pelaku yang kesemuanya harus diselesaikan melalui mekanisme hukum yang berlaku di negeri ini.
Bahkan seluruh kasus yang ditangani dan berhasil diungkap oleh petugas TNMB maupun petugas gabungan seluruhnya harus melalui proses peradilan alias harus ada putusan vonis di persidangan. Dengan begitu keberadaan hutan di Taman Nasional dari tahun ke tahun akan tetap lestari disamping itu akan memberikan efek jera kepada para pemain lama maupun baru yang sengjaa mencoba-coba untuk melakukan pengrusakan hutan yang berdampak buruk terhadap ekosistem dan lingkungan sekirarnya. Sehingga siapapun pelakunya yang terbukti salah dan melanggar hukum pastilah dibekuk dan dproses secara hukum.
Kasubag TU TNMB Jember Sumarsono SE, MM, dalam kaitan ini mengungkapkan berdasakan data perhitungan kasus yang berhasil ditangani TNMB Jember, mulai Januari hingga Juli 2009, tercatat sebanyak 50 kasus. Dari 50 kasus yang ditangani TNMB dan lengkap dengan barang bukti dan tersangka juga jelas ini, baru 17 kasus yang sudah P.21 dengan tersangka 19 orang.
Para tersangka perusakan hutan ini tidak hanya dari Jember, tapi juga Banyuwangi. Secara umum persoalan yang terjadi yakni illegalloging dan penjarahan hasil hutan. “Mengingat untuk menungkap satu kasus saja membutuhkan biaya operasional tinggi, kerje team terpadu dan koordinasi yang terus menerus,” tandasnya.
Diakui Sumarsono, dalam pengungkapan sejumlah kasus, pihak petugas TNMB, kerap dihadapkan pada persoalan menyangkut kemanusiaan. Keluarga pelaku perusakan hutan ini, sering melakukan pendekatan negosiasi kepada para petugas TNMB.
“Tetapi persoalannya bukan karena tidak manusiawi, tetapi demi tegaknya sebuah tatanan dan aturan yang berlaku. Apapun resikonya harus melalui peradilan dengan satu tekad apapun bentuknya kasus yang merugikan TNMB tetap akan dilanjutkan sampai ke vonis oleh pengadilan,” tegasnya.
Dijelaskan, adapun jenis-jenis hasil pencurian yag dilakukan dari kawasan TNMB Jember diantaranya adalah bambu lanjaran, rotan serta tanaman lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan diminati pasar lokal maupun antar daerah. Dari seluruh aksi pencurian yang dilakukan berdasarkan setelah dihitung, kerugian yang diderita TNMB Jember pada tahun 2009 ini, mencapai Rp 1 milyar lebih. Sedang kalau dilihat dari sisi ekologi kerugian yang diderita TNMB akibat perusakan ini bisa mencapai Rp 14 mliyar. “Ada yang patut direnungkan dari terjadinya bencana di seluruh wilayah di tanah air. Ini yang kemudian mengilhami tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat di tepi hutan untuk melapor kepada pihak petugas setiap ada tindak pencurian kayu maupun hasil hutan bukan kayu,” tandasnya.(Indra).


Rabu, 26 Agustus 2009

Langit Sumberbaru Bertabur Bintang



Rabu malam (19/8), Kecamatan Sumberbaru, layaknya sebuah kota yang terbakar. Di sana sini tampak api menyala-nyala memerahkan hampir setiap sudut kota kecamatan di ujung paling barat wilayah Kabupaten Jember itu. Segenap lapisan masyarakat dilibatkan untuk ikut memerahkan sekaligus memeriahkan tiga event secara bersamaan (BBJ, HUT Kemerdekaan RI ke 64 dan Menyambut Ramadhan

Kecamatan Sumberbaru, yang terbilang sebagai sebuah kota kecil, agaknya tidak mau kalah dengan kota kecamatan lainnya yang lebih besar. Dalam memeriahkan puncak kegiatan Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ), dan HUT Kemerdekaan RI ke 64, serta menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1430 H, panitia setempat menggebyar sejumlah kegiatan yang cukup mendapat perhatian masyarakat.
Hasilnya, pagelaran tiga event sekaligus ini, mendapat respon yang sangat tinggi dari masyarakat setempat. Pawai Obor yang merupakan kegiatan inti dari acara pada malam itu, disambut penuh antusias oleh masyarakat setempat.
Masyarakat tidak hanya sekadar menikmati kegiatan dan hiburan yang disajikan panitia kecamatan. Tapi mereka juga ikut melibatkan diri lewat pembakaran kembang api.
Tak pelak, dari kembang api yang dibakar masyarakat ini, langit Sumberbaru penuh dengan kemilau bintang. Hamparan langit di atas Kecamatan Sumberbaru, terlihat benderang dipenuhi percikan kembang api yang beterbangan dari berbagai pemukiman penduduk.
“Yang dinyalakan panitia sebenarnya hanya yang di belakang panggung itu, tapi nggak tahu kok kembang apinya bisa menjadi banyak. Ini inisiatif dari masyarakat sendiri. Mungkin masyarakat juga ingin memeriahkan perayaan malam ini,” kata Ir Suyono, Camat Sumberbaru.
Berperan aktifnya masyarakat untuk memeriahkan acara pada malam ini, diakui Suyono, sangat membanggakan. Karena itu membuktikan, tingkat kepedulian masyarakat terhadap daerahnyam cukup tinggi. Masyarakat merasa ikut bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di Sumberbaru.
Karena itu, mereka dengan rela hati mengeluarkan dan hanya sekadar untuk ikut memeriahkan puncak kegiatan BBJ, HUT Kemerdekaan dan menyambut datangnya Ramadhan. Tingginya rasa peduli masyarakat terhadap daerahnya ini menurut Suyono, harus terus diasah agar semakin berkilau.
“Ini potensi besar yang perlu mendapat perhatian lebih. Karena potensi yang seperti ini, bisa dijadikan modal untuk mengembangkan Kecamatan Sumberbaru ke arah yang lebih baik,”tandas Camat Suyono, yang pada malam itu didampingi Kepolsek, Danramil dan Kepala UPT Dinas Pendidikan, Kecamatan Sumberbaru.
Sementara pagelaran Pawai Obor yang dihelat secara besar-besaran oleh panitia Kecamatan Sumberbaru, diikuti hampir sepuluh ribu orang. Peserta Pawai Obor yang berasal dari berbagai kalangan, siswa SD/MI, SMP/MTs, SMKN, pegawai dan karyawan dari berbagai instansi dan lembaga, serta masyarakat umum itu, dibagi menjadi dua kelompok pemberangkatan.
Peserta yang berasal dari sebelah barat kantor kecamatan atau lapangan Yosorati, pemberangkatannya dimulai dari lapangan Desa Jatiroto. Sedang peserta yang berasal dari sebelah timur kecamatan atau lapangan Yosorati, pemberangkatannya dipusatkan di lapangan Desa Pringgowirawan.
Semua peserta pawai yang berangkat dari arah berlawanan itu, berjalan dengan membawa obor menuju satu titik di lapangan Yosorati sebagai finish. Selanjutnya setelah sampai di finish, seluruh peserta, baik yang berangkat dari lapangan Desa Jatiroto maupun Pringgowirawan, membuang obornya yang masih menyala di tempat pembuangan yang sudah disediakan panitia.
Di lapangan Yosorati sebagai tempat bertemunya dua kelompok peserta Pawai Obor, panitia menyiapkan sejumlah hiburan. Selain hiburan musik dangdut, di tempat itu pula digelar pertandingan Pencak Silat antar perguruan se Kecamatan Sumberbaru.
Uniknya, diantara mereka yang menjadi peserta Pawai Obor, diantaranya ada yang berdandan Can Macanan Kadduk. Selain itu ada juga yang berdandan ala Gorilla, Monyet bahkan Hantu Pocong.
Dandanan unik yang mereka kenakan itu, tak urung mendapat perhatian penonton yang memadati sepanjang route yang dilalui peserta pawai obor. “Semula perkiraan peserta yang akan mengikuti acara ini di atas sepuluh ribu orang. Tapi karena saat ini pesantrean sedang liburan, yang ikut pawai hanya sekitar 9000 orang lebih sedikit,” papar Suyono, yang diiyakan Ketua Panitia HUT Kemerdekaan RI ke 64, Deddy Nur Ahmadi, SP. (um).



Tahun 2014 Semua Guru Harus S-1


lontarnews.com
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat bahwa tahun 2014 mendatang tenaga pendidik di Indonesia harus sudah S-1, hal itu terungkap saat Dirjen Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Kependidikan (PMTPK) Departemen Pendidikan Nasional menghadiri seminar internasional pendidikan dalam rangka bulan berkunjung ke Jember (BBJ) Selasa (28/7) bertempat di hall RM. Sari Utama Jl.Hayam Wuruk Jember. Seminar yang diprakasai oleh Dinas Pendidikan Pemkab Jember dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengangkat topik profesionalisme guru, ratusan peserta yang terdiri dari guru, kepala sekolah dan UPT dinas pendidikan yang tersebar di 31 kecamatan di Kabupaten Jember diundang dalam acara tersebut

Menanggapi keinginan pemerintah terkait perningkatan sumber daya manusia (SDM) guru di Indonesia tahun 2014 sudah S-1, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember Drs.H.Ahmad Sudiyono, SH. MSi.MPsi menyambut baik dan mendukung semua upaya yang diambil oleh pemerintah pusat demi peningkatan kwalitas pendidikan nasional. “Saya mendukung apa yang dikemukan oleh wakil dari pemerintah pusat yang datang dalam seminar pendidikan ini, sudah saatnya pendidikan di Indonesia mutunya lebih ditingkatkan untuk mengejar ketinggalan dengan negara lain salah satunya guru harus lebih profesional saat menjalankan fungsinya sebagai tenaga pendidik disaat jam belajar mengajar di sekolah sedang berlangsung,”kata Ahmad .
Apabila dalam tahun tersebut masih ada guru yang belum melaksananakan anjuran pemerintah maka yang bersangkutan tidak berhak menerima tunjangan profesi, mengingat batasan waktu guru harus S-1 masih cukup lama oleh karenanya para guru yang belum melanjutkan ke bangku kuliah hendaknya segera menindak lanjuti himbauan pemerintah tersebut.Di Jember sendiri menurut Ahmad masih ada guru yang berlatar belakang pendidikan D-II, namun hal itu tiap tahunnya bisa diatasi oleh Pemkab Jember untuk mengkuliahkan guru tersebut lewat jalur Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBD) .“Ada juga yang kuliah atas biaya sendiri mengingat keterbatasan anggaran APBD, dengan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi paling tidak guru di Jember telah memenuhi syarat dan layak untuk mengajar,” kata Ahmad.
Ahmad menambahkan, apa yang diinginkan oleh pemerintah agar semua guru nantinya S-1 sangat dilematis, mengingat banyak guru di Jember yang mendekati purna tugas masih belum S-1. ” Kebijakan pemerintah dengan memberikan tunjangan profesi ini kepada para guru untuk menaikan harkat dan martabat guru paling tidak harus diimbangi oleh kwalitas pribadi guru yang bersangkutan. Kepada guru yang masih muda dan tamatan D-II jangan takut dengan seruan itu, ini tantangan bagi para guru untuk memperbaiki diri. Kedepan pendidikan butuh guru yang profesional dan berwawasan luas, salah satunya dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yakni perguruan tinggi. Saya senang apa yang jadi rencana pemerintah, dan saya berharap di Kabupaten Jember sendiri 2014 juga tidak dijumpai lagi guru yang hanya tamat D-II”tandasnya.(qeqe)


Perlu Penambahan Petugas Jaga Perlintasan KA

lontarnews.com
Masyarakat pengguna jalan di wilayah daerah operasional (Daop IX) Jember mulai dari Kabupaten Banyuwangi hingga Kabupaten Pasuruan bila sedang melintas di perlintasan rel kereta api dihimbau untuk lebih berhati-hati, Pasalnya banyak perlintasan kereta api di daerah-daerah itu dibiarkan tanpa ada seorang penjaga.

Dari catatan yang ada di kantor PT. KAI (Kereta Api Indonesia) Daop IX Jember, jumlah perlintasan kereta api di wilayah Daop IX Jember mencapai 197 buah. Dari jumlah tersebut hanya 95 pintu perlintasan yang memiliki penjaga, selebihnya adalah perlintasan yang tidak terjaga.
Sedang di Kabupaten Jember sendiri, yakni mulai dari Garahan, Kecamatan Silo hingga Kecamatan Tanggul, jumlah perlintasan KA mencapai 129 buah. Dari jumlah itu, 33 perlintasan diantaranya dijaga oleh petugas dari PT. KAI Daop IX Jember.
Humas PT.KAI Daop IX Jember Hariyanto mengatakan, selama ini banyak masyarakat yang cenderung menyalahkan PT. KAI sebagai penyebab bila terjadi kecelakaan kereta api dengan kendaraan lain. Harianto memaklumi alasan tersebut mengingat banyak anggota masyarakat yang kurang memahami UU.No.14 Tahun 1992 tentang lalu lintas jalan dan PP No.43 Tahun 1992 tentang prioritas pertama untuk berlalu lintas. Dalam aturan PP tersebut disebutkan bahwa para pengguna jalan harus mendahulukan kereta api yang sedang melintas diperlintasan, kedua mobil ambulan yang tengah membawa pasien dan ketiga adalah kendaraan kepresidenan. “Fungsi palang pintu untuk mengamankan perjalanan kereta dari gangguan kendaraan lain, inilah kataristik khusus yang dipunyai oleh kereta api dengan memiliki jalur tersendiri,”ungkap Harianto.
Layak tidaknya sebuah perlintusan diberi pos penjagaan perlintasan menurut Hariyanto, dilihat dari kepadatan lalu lintas yang ada serta apakah perlintasan tersebut bebas dari pandangan.Menurut Kepmen.Hub No.53 tahun2000 tentang pertanggungan jawab perlintasan , disebutkan siapapun yang membuat perpotongan jalan dengan jalur kereta api yang terlebih dahulu ada maka pertanggungan jawab ada pada pembuat jalan tersebut begitu juga sebaliknya.”Jumlah karyawan PT.KAI Daop IX Jember 1149 orang, kalau setiap pintu perlintasan dibutuhkan 3 orang penjaga maka 1176 karyawan PT KAI akan habis untuk menjaga 392 pintu perlintasan yang masih tidak terjaga dan dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk membayar mereka sesuai standart upah minimum kabupaten (UMK),”papar Harianto.
Selain itu Harianto juga menambahkan, untuk membangun pintu perlintasan kereta api harus ada ijin dari dirjen perkeretaapian. Disamping itu PT KAI juga masih mengeluhkan banyaknya bangunan rumaha di sepanjang pinggiran rel kereta api, selama ini mereka para pemilik rumah yang menempati lokasi dipinggir rel kereta api itu statusnya dilegalkan dengan cara ikatan kontrak dengan PT.Kai. Apabila masih ditemui bangunan rumah yang tidak berijin dan menganggap menganggu pandangan jalannya kereta api maka terpaksa rumah tersebut akan dibongkar paksa setelah terlebih dahulu mendapat peringatan dari PT.KAI. “Saya minta kesadaran masyarakat tidak mendirikan bangunan di pingirnya rel kereta api, sehingga menghalangi pandangan masinis saat sedang bertugas dan bisa berdampak pada celakanya kereta api,”papar Harianto.(bhre)


Jember Layak Dapat Bintang


lontarnews.com
Masuknya Kabupaten Jember dalam deretan Sembilan Bintang Otonomi Daerah se-Indonesia tidak saja membanggakan dan merupakan kehormatan bagi masyarakat Jember. Namun diraihnya prestasi itu, banyak mengundang tanggapan dari berbagai kalangan.

Hal ini dikarenakan, terpilihnya Jember sebagai salah satu dari Sembilan Bintang Otonomi Daerah, dinilai semakin melengkapi prestasi-prestasi sebelumnya yang pernah diraih dan berlevel nasional. Keberhasilan itu menunjukkan bahwa upaya keras dari seluruh jajaran di lingkup Pemkab Jember yang dilandasi etos dan semangat kerja yang tinggi, akhirnya membuahkan hasil.
Sebagaimana yang dibuktikan Dinas Koperasi dan UMKM, Kabupaten Jember. Lewat lembaga keuangan mikro masyarakat (LKMM) yang digagas dan didirikan di hampir seluruh desa dengan salah satu kegiatannya bernama bank mokro atau bank gakin (keluarga miskin), akhirnya mampu mendorong berkembangnya UMKM.
Yang patut dibanggakan lagi, upaya ini sebagai satu solusi smart untuk ekonomi kerakyatan yang tidak lagi menggantungkan pada bank-bank kosipa dengan bunga yang sangat mencekik. Karena itu, kelangsungan dari pengembangan sektor UMKM dan Bank Gakin ini perlu dipertahankan.
Mengingat, keberadaannya sangat dibutuhkan masyarakat kecil dalam kondisi dan situasi apapun. Bahkan kalau perlu pemerintah memberikan tambahan modal untuk bank gakin ini. Sehingga bank ini bisa melayani lebih banyak lagi masyarakat miskin yang membutuhkan.
Menanggapi keberhasilan Kabupaten Jember pada pentas 9 bintang otonomi daerah tingkat nasional, Ketua Sementara DPRD Kabupaten Jember, Saptono Yusup S.Sos mengatakan, upaya luar biasa yang dilakukan bupati Jember untuk mengentaskan kemiskinan dengan aplikasi beragam program itu, terbukti membuahkan hasil. Keberhasilan itu diantaranya termasuk pengaplikasian Bank Gakin dan pemberdayaan UMKM yang bersentuhan langsung dengan kepentingan rakyat kecil (kawula alit).
Oleh karenanya keberhasilan kabupaten Jember guna mensejajarkan diri dengan 9 kabupaten ternama di negeri ini merupakan keberhasilan bersama seluruh masyarakat Jember. “Inovasi ini tentunya karena adanya dukungan dan pelayanan dari birokrasi para pejabat di lingkup pemkab Jember,”ujarnya.
Saptono Yusup menilai bahwa keberhasilan yang diraih Jember tidak sekadar dari tingkat keberhasilan yang diraih oleh program UMKM semata. Tapi lebih dari itu, ini adalah suatu pola dari UMKM yang memiliki multiplier effect bagi kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Sehingga kelompok masyarakat maupun pereorangan yang bergerak di sektor UMKM, akan bisa mandiri dan terlepas dari sistem ketergantungan kepapa bank titil. “Oleh karenanya saya sependapat manakala Pemkab Jember menambah besaran anggaran sebagai suntikan sekaligus dana segar untuk pertumbuhan dan perkembangan bank Gakin khususnya yang bergerak di sektor UKMK,” tutur Saptono.
Diakhir perbincangannya, Saptono Yusuf menyarankan, agar keperluan modal yang menjadi harapan dari bank gakin, tetap bisa dicairkan oleh bank peminjam atau pemerintah. “Sangat disayangkan kalau di tahun-tahun mendatang untuk pertambahan dana segar bagi UMKM tidak diperbesar, ini sebuah kemunduran,” pungkasnya.(bhre)


Demi Menghibur Rakyat Camat Menari Di Jalan


lontarnews.com
Bulan Agustus, yang merupakan saat paling bermakna bagi seluruh masyarakat Indonesia, akan terasa hambar kalau di dalamnya, tidak diisi dengan sejumlah kegiatan. Tidak saja olahraga yang bisa digelar pada bulan Agustus itu, tapi berbagai hiburan bahkan permainan rakyat pun bisa digelar, agar kemeriahan Agustus sebagai bulan bersejarah bisa dinikmati seluruh bangsa Indonesia.

Di Kecamatan Umbulsari, dalam rangka memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan, yang jatuh pada Agustus, panitia hari besar nasional (PHBN) kecamatan setempat, berusaha untuk menghidupkan kembali karnaval yang sudah sejak sebelas tahun lalu tidak pernah diadakan. Harapannya, dengan dihidupkannya kembali karnaval ini, masyarakat di daerah itu akan bisa menikmati kemeriahan agustusan.
Keinginan masyarakat di Kecamatan Umbulsari untuk ikut memeriahkan sekaligus menikmati hari terbebasanya bangsa Indonesia dari penjajahan ini, begitu terlihat ketika pendaftaran untuk karnaval dibuka. Masyarakat tampak begitu antusias untuk mengikuti kegiatan karnaval yang sudah sebelas tahun tidak pernah lagi mereka nikmati.
Belum lagi, saat karnaval itu digelar, hampir sepanjang jalan yang dilalui peserta karnaval, masyarakat berdiri dengan sabar menunggu melintasnya arak-arakan. “Wajar kalau masyarakat begitu antusias menyambut karnaval ini, karena sudah sebelas tahun tidak diadakan,” kata Drs Purwoadi, Camat Umbulsari.
Diadakannya kembali karnaval oleh panitia hari besar nasional (PHBN) Kecamatan Umbulsari itu, kata Camat Puruwoadi, berawal dari niatan untuk memberikan hiburan segar kepada masyarakat sekaligus melengkapi kegiatan-kegiatan Agustusan yang digelar di kecamatan itu. Karena itu, untuk pelaksanaannya pihak kecamatan mengupayakannya dengan berbagai cara asal bisa meriah.
Camat Purwoadi sendiri, kaitan dengan kemerian karnaval ini berusaha mengajak pejabat dari jajaran muspika untuk ikut ambil bagian dalam karnaval itu. Hasilnya, tiga pimpinan kecamatan (tripika) Umbulsari, Camat, Danramil dan Kapolsek Umbulsari, ikut tampil di karnaval itu.
Mereka mengenakan pakaian khas Jawa Timur, yang serba hitam lengkap dengan udengnya. Uniknya lagi, ketiga pimpinan tingkat kecamatan itu, tidak hanya tampil sendiri tapi masing-masing ditemani isterinya.
Camat Purwoadi bersama isteri yang berada pada barisan terdepan dalam rombongan karnaval itu, menyuguhkan tontonan sekaligus hiburan menarik kepada penonton yang memadati route karnaval sejak dari start di lapangan Gunungsari hingga finish di halaman kantor Kecamatan Umbulsari.
Dengan luwesnya Camat Purwoadi, melenggak lenggokkan tubuhnya mengikuti alunan tembang Jawa yang diputar panitia karnaval. “Ini untuk menghibur sekaligus agar lebih dekat dengan masyarakat. Makanya kita ngajak teman-teman muspika untuk ikut tampil dalam karnaval ini,” tandasnya.
Ajakan Camat Purwoadi kepada jajaran Muspika itupun bak gayung bersambut. Danramil dan Kapolsek setempat turut ambil bagian dalam karnaval itu dengan mengajak isterinya. “Ini bentuk kebersamaan dan kekompakan dari muspika. Karena dengan modal kekompakan dan kebersamaan ini, semua masalah termasuk pelaksanaan pembangunan akan mudah dilaksanakan,” tambah Danramil Umbulsari. (bhre)


Kadispendik Jember Tolak Tudingan Paksa Beli Laptop

lontarnews.com
Pengadaan Laptop yang oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jember dibebankan kepada kepala sekolah, terus mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Pasalnya, pengadaan laptop yang per unitnya seharga Rp 10 juta itu, di dalamnya ada aroma pemaksaan

Padahal harga standart untuk sebuah laptop dengan skala bagi para pengguna non profesional hanya berkisar Rp 5 juta rupiah, seperti yang terdaftar pada beberapa outlet toko komputer dan internet. Karena itu sejumlah kalangan menilai, kalau dugaan pemaksaan pengadaan laptop itu memang benar adanya, maka sama artinya Dinas Pendidikan Jember telah memperburuk citra pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik), Drs H.Ahmad Sudiono, SH. M.Si, yang ditanya soal pengadaan laptop oleh sejumlah wartawan di Pemkab Jember, menolak pemberitaan yang ditulis media masa terkait pengadaan lapto. Menurutnya berita itu tidak benar, bahkan menurut Ahmad, selaku kepala dinas pihaknya tidak pernah memerintahkan untuk membeli dari Dinas Pendidikan.
“Kita tidak pernah mewajibkan untuk membeli laptop mas, tetapi saya akan memberi peringatan keras kepada kepala sekolah jika dalam pelaksanaan BOS tidak sesuai, karena seperti yang sudah menjadi peraturan bahwa pembelian komputer atau laptop tercantum pada aturan nomor 13 selama kebutuhan sekolah sudah dapat terpenuhi,” tegas Ahmad kepada sejumlah wartawan.
Achmad mengaku, bahwa Dinas Pendidikan tidak pernah mewajibkan sekolah untuk membeli laptop dari Dinas Pendidikan. Justru sebaliknya menurut dia, semua sekolah dipersilahkan untuk mengambil dari pihak manapun, asal barangnya cocok dan asli bukan hasil rakitan. “Saya persilahkan bagi setiap sekolah untuk membeli pada pihak lain, dan tidak harus mengambil dari Koperasi Dinas Pendidikan,” tandasnya
Sekadar diketahui munculnya kontroversi ini berawal dari pernyataan Saiful, Kepala SMP Negeri 7 Jember, di beberapa media terkait perintah kepada kepala sekolah untuk menyisihkan sebagian dana BOS guna pembelian laptop lewat Dinas Pendidikan Jember. Kepada sejumlah wartawan yang menghubungi lewat telepon selulernya, Saiful membenarkan, bahwa pernyataan dirinya di media massa sesuai perintah dari Kepala Dinas Pendidikan.
Perintah itu kata Saiful, disampaikan kepada kepala sekolah yang menerima dana BOS. Hanya saja seiring dengan ramainya pemberitaan soal pengadaan laptop ini, belakangan dirinya mulai dipojokkan.
“Mas saya jadi bingung, pada awalnya ini memang sebenarnya perintah dari Kepala Dinas, tetapi sekarang malah berubah lagi. Saya sebagai orang kecil merasa bingung mas,” ucap Saiful.
Saat ditanya keberadaan David selaku pihak yang telah ditunjuk dalam pengadaan Laptop tersebut, Saiful juga membenarkan bahwa pemilik toko ASIA tersebut memang pernah datang di pertemuan kepala sekolah di wilayah Puger beberapa waktu yang lampau. “Saya merasa tertekan dengan adanya pemberitaan ini mas, memang orang kecil seperti saya selalu menjadi korban, tetapi jika saya selalu ditekan dan dipojokan pada saatnya nanti saya akan bongkar semuanya,” tegas Saiful dengan nada datar.
Dilain pihak, Kepala Bidang TK/ SD Dinas Pendidikan Jember, Drs. Jumari, ketika dikonfirmasi terkait pengadaan laptop itu mengaku tidak tahu menahu. Bahkan dia mengaku tidak pernah dilibatkan sama sekali dalam setiap masalah yang menyangkut bidang pengawasannya.
“Saya tidak berani komentar mas, karena saya sendiri tidak tahu terkait masalah pengadaan laptop tersebut, sampeyan tanyakan langsung ke Bu Wiwik (KTU Dispendik) selaku Manager BOS,”pinta Jumari.
Kepala Tata Usaha Dinas Pendidikan Jember, Dra. Wiwik, saat ditanya wartawan, mengaku cukup punya waktu untuk wawancara, selain juga tidak bersedia memberi penjelasan rinci terkait pengadaan laptop. “Nanti saja setelah pukul satu siang mas, tetapi kalau kepala dinas sudah memberi komentar saya rasa sudah cukup, karena komentar hanya pada satu pintu,”tukasnya.(ind)



Selasa, 25 Agustus 2009

Nasib Pejuang Tak Seindah Kemerdekaan yang Diraih


lontarnews.com
Nasib para veteran pejuang ternyata tidak seindah kemerdekaan yang berhasil diraihnya dari pemerintahan penjajah. Mereka yang pada masa perang kemerdekaan rela mengorbankan harta, raga, bahkan nyawa, kini banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Di antara mereka bahkan banyak yang tidak memiliki rumah alias masih ngontrak. Kalaupun sudah memiliki sendiri, rumah yang mereka tempati masih belum bisa dikatakan layak, meski tidak sedikit juga diantara para veteran itu yang sudah memiliki rumah bagus.
Yang lebih ironis, pendataan terhadap legiun veteran hingga sampai tahun 2009, utamanya di wilayah Jember, belum terkoordinasi secara baik. Sehingga karena itu, banyak diantara pejuang kemerdekaan yang tidak tercatat sebagai anggota veteran. “Padahal dilihat dari sejumlah bintang jasa yang diperolehnya, mereka turut berjuang menegakkan negara ini,” ujar Rendra Wirawan, mantan Komisi anggota DPRD.
Dia mengaskan, seharusnya pemerintah lebih tanggap dan tidak mempersulit untuk memasukkan veteran pejuang itu menjadi anggota veteran baru. Terlebih lagi jumlah mereka yang tidak tercatat sebagai anggota legiun veteran, jumlahnya cukup banyak.
Rendra berharap, kedepan Pemkab Jember harus berani mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan para veteran. Solusi yang bisa diberikan untuk mengatasi persoalan ini, lanjut Rendra, para veteran yang tidak memiliki tempat tinggal, bisa diberi rumah, meski hanya perumahan sangat sederhana.
Hasl yang sama juga disampaikan mantan wakil ketua Komisi D DPRD Jember, Ir HM Sudjatmiko, bahwa sampai saat ini keberadaan para veteran terkesan tidak keopen (tidak terurus,red). Kenyataan seperti ini kata Sudjatmiko, bisa dibuktikan dari masih banyaknya veteran yang hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan ada yang tidak punya rumah.
Padahal sumbangsih mereka terhadap berdirinya negeri ini sangat besar. Karena itu kepada pemerintah, khususnya Pemkab Jember, sudah saatnya memberikan perhatian terhadap nasib para pejuang yang memperihatinkan itu.
Kaitan dengan anggaran untuk pejuang kemerdekaan ini, Bupati Jember, MZA Djalal mengatakan, bahwa setiap tahunnya bagian kesra selalu mengalokasikan sejumlah anggaran untuk para pejuang (veteran). Hanya saja secara keseluruhan terkait nasib para veteran, garis komandonya berada di pemerintah pusat.
Sementara itu, kurangnya perhatian pemerintah terhadap nasib pejuang ini, diakui salah satu pejuang kemerdekaan Achdjab. Dia yang memiliki bintang jasa perang kemerdekaan, agresi I dan II, serta bintang jasa lainnya, sampai saat ini belum juga tercatat sebagai anggota legiun veteran.
Dikatakan, dirinya sudah beberap kali mengurus keanggotaan veteran, namun sampai sejauh ini, tidak juga membuahkan hasil. Padahal kelengkapan persyaratan administrasi sudah dilakukan, ditambah seluruh bintang jasa yang dimilikinya serta saksi atas keikutsertaannya dalam merebut kemerdekaan, juga dibuktikan.
“Saya sebenarnya sudah capek ngomong soal veteran, karena saya sudah beberapa kali mengajukan, tapi tidak ada hasilnya,” ujar Achdjab (84 tahun), mantan prajurit Yonif 509 yang memiliki sejumlah bintang jasa dari pemerintah, seperti bintang gerilya, perang kemerdekaan, agresi I dan II.(ind)


Senin, 24 Agustus 2009

Kawasan Wisata Rembangan Jember



Rembangan Kawasan Wisata Potensial yang Menjanjikan

lontarnews.com
Prospek kewisataan Rembangan, agaknya akan menjadi tambang emas bagi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Jember. Ini setelah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah memberikan persetujuan atas usulan Pemkab Jember untuk melibatkan investor dalam pengelolaan wisata Rembangan berikut kawasan dan sejumlah potensi yang ada di sekitarnya.
Investor yang kabarnya berasal dari Surabaya itu, rencananya akan menanamkan modalnya di Rembangan hingga sebesar Rp 15 milliar. “Nilai investasinya sekitar 15 milliar,” ungkap Drs Suprapto, M.Si, Kepala Dinas Pendapatan Jember, kepada lontarnews, di ruang kerjanya.
Suprapto berharap, kerjasama pengelolaan atas potensi kewisataan Rembanga ini, akan mampu mendongkrak target pendapatan asli daerah dari kawasan itu. Selama ini, dengan hanya mengandalkan pemandian dan penginapan (hotel), Rembangan mampu menyumbang Rp 400 juta per tahun. “Harapannya kalau sudah digarap investor bisa menyumbang PAD Rp 750 juta per tahun,” harap Suprapto.
Kontrak kerjsama antara Pemkab Jember dengan pihak investor untuk pengelolaan Rembangan ini, diperkirakan akang berlangsung sekitar 20 sampai 30 tahun. Selama berlangsungnya kontrak ini, diharapkan juga ada dampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Untuk pengembangan kawasan wisata di belahan Jember bagian utara ini, Pemkab Jember akan memanfaatkan lahan seluas 43 hektar. Kawasan wisata ini tidak hanya akan mengandalkan perhotelan saja, tapi kawasan itu akan disulap menjadi kawasan Wisata Agro yang di dalamnya juga ada Peternakan Sapi Perah.
Terkait nilai historis bangunan yang ada Rembangan, Suprapto menuturkan bahwa bangunan induk Hotel Rembangan, yang sampai saat ini berdiri megah, termasuk cagar budaya. Kalaupun harus direhabilitasi, gedung yang dibangun sejak zaman Belanda ini, tidak boleh merubah bentuk aslinya.
Kawasan wisata dan Hotel Rembangan yang berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan air laut (dpl), dibangun oleh Mr. Hoffside pada tahun 1937. Kawasan Rembangan ini terletak di Desa Kemuning Lor, Kecamatan Arjasa, sekitar 15 kilometer ke utara dari pusat kota Jember. Suhu udaranya berkisar 18 - 25 derajat celcius, dengan rata-rata curah hujan 4.626 milimeter per tahun. (ind)




Rabu, 19 Agustus 2009

Tak Ada Sarana, Sungai pun Jadi Lapangan Volli


lontarnews.com
Kalau keinginan sudah tak bisa dibendung, apapun akan dilakukan. Termasuk kalau ingin berolahraga, kalau lapangan yang dibutuhkan memang tidak tersedia, sungaipun bisa dimanfaatkan. Seperti yang terjadi di Jember, akibat kemarau yang berkepanjangan dan sungai mengalami penurunan debit air, menjadikan sebagian dasarnya menyembul jadi daratan. Berubahnya dasar sungai menjadi daratan ini oleh pemuda setempat dimanfaatkan untuk bermain bola volli


Kemarau panjang yang melanda hampir sebagian besar daerah di tanah air dan menyebabkan terjadinya kekeringan, ternyata tidak selalu membuat resah masyarakat. Meski banyak orang yang mengeluh karena sulit mendapatkan air, namun di sisi lain ternyata ada juga sebagian masyarakat yang memanfaatkan musim kemarau ini untuk melakukan kegiatan tertentu.
Contohnya, sungai Jompo, yang terletak di belakang masjid Al Baitul Amien, Jember dan airnya mengalami penyusutan debit cukup tinggi, buat pemuda setempat ternyata memberi manfaat tersendiri. Mengecilnya debit air pada sungai Jompo, yang diikuti dengan berubahnya beberapa bagian dasar sungai menjadi daratan, oleh pemuda setempat dimanfaatkan untuk sarana olahraga bola volli.
Pemanfaatan dasar sungai yang sudah berubah menjadi daratan menjadi lapangan volli ball ini, karena di daerah itu sarana olahraga memang boleh dibilang sangat terbatas. Karena itu mereka berusaha memanfaatkan apa saja, asal bisa melakukan kegiatan olahraga. (ind)

Selasa, 11 Agustus 2009

Flu Babi Tidak Terlalu Berbahaya


lontarnews.com
Virus flu babi (H1N1) yang berasal dari daratan benua Amerika atau tepatnya negara Mexiko, dan bisa mengakibatkan kematian, pada dasarnya tidak perlu terlalu dicemaskan. Itu dikarenakan case fatality rate dari vitus ini, menunjukkan masih di bawah flu burung maupun demam berdarah dengue (DBD). Karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr Olong Fadjri Maulana, MARS, meminta masyarakat untuk tidak terlalu resah terhadap flu babi, meski harus juga tetap mewaspadainya.

Imbauan dr Olong ini disampaikan, karena angka kematian akibat kasus tersebut sangat rendah. Dibanding flu burung tingkat kematian pada penderita flu babi hanya 0,5 persen. Artinya jika ada 1000 orang yang terkena flu burung, maka kemungkinan yang meninggal bisa mencapai 700 hingga 800 orang.
Demikian juga dengan demam berdarah, jika ada 1000 orang yang menderita demam berdarah, maka kemungkinan yang meninggal bisa mencapai sekitar 10 orang. Sedang untuk flu babi, jika terdapat 1000 orang yang terserang, kemungkinan yang meninggal sekitar 5 orang. “Artinya lebih berbahaya Demam berdarah daripada flu baru (flu babi-red),” ujar dr Olong.
Pernyataan dr Olong yang melansir pernyataan resmi Menteri Kesehatan itu, dalam rangka menanggapi adanya keresahan masyarakat terhadap maraknya pemberitaan soal ancaman flu babi. Hanya saja, meski terbilang tidak terlalu membahayakan, masyarakat sebaiknya tetap mewaspadai kemungkinan terjangkit flu baru ini. “Paling tidak masyarakat harus tetap melakukan kebiasaan pola hidup bersih,” tukasnya.
Virus flu baru ini, kata Olong, gampang menular ke siapapun, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Penularannya bisa terjadi lewat dahak, bersin ataupun benda-benda seperti piring, sendok, gelas, handuk, sabun, maupun sikat gigi, yang sudah terkontaminasi virus atau yang dipakai penderita flu babi. “Jika itu bisa dihindari maka resiko tertular sangat kecil,” imbuhnya lontarnews. com di ruang kerjanya.
Dikatakannya, adanya perkembangan baru genetik maka penularan flu babi ini bisa melalui manusia bukan lagi binatang. Flu babi yang untuk pertama kalinya muncul di Mexiko dan disebut mexican strain ini, kini disebut flu baru. Dengan penyebaran melalui manusia, maka terbuka peluang setiap orang bisa terkena flu baru. Karena itu apabila salah satu anggota keluarga terjangkiti flu babi, hendaknya secepatnya dibawa ke rumah sakit ataupun puskesmas.
Dihimbau untuk penderita flu babi hendaknya diisolasi dalam kamar tersendiri, sehingga tidak menular ke anggota keluarga yang lain.
“Untuk penderita flu biasa apabila telah mencapai 3 hari tidak juga sembuh, sebaiknya segera ke petugas kesehatan, baik itu di puskesmas atau ke dokter dan sebaiknya mengisolasi dirinya hingga sembuh,”pungkasnya.(wan)


Rabu, 05 Agustus 2009

Jember Fashion Carnaval (JFC)





Sekelas Karnaval Bunga Pasadena

lontarnews.com.
Jember Fashion Carnaval (JFC) ke 8, yang digelar hari Minggu 2 Agustus 2009, dan merupakan icon dari Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ), mengundang decak kagum hampir seluruh penonton yang menyaksikannya. Beragam kreasi busana atau fashion yang diangkat dalam karnaval tahunan hasil olahan koreografer Dynan Faris ini, mampu membuat orang terperangah, karena bagusnya dan memang spektakulaer. Tak heran kalau Marta Tilaar, bos Perusahaan Komestik Sari Ayu, kemudian mengatakan Jember Fashion Carnaval tidak kalah dibanding Karnaval Bunga Paseda, Amerika Serikat.


Prof Dr.Ayu Sutarto, Budayawan dan Dosen Fakultas Sastra, Universitas Jember
“JFC Jember Bisa Jadi Global Village”
Saya melihat JFC ke-8 ini lebih hebat dari pelaksanaan JFC sebelumnya, sebagai warga Jember saya bangga dengan JFC sebab dari kota kecil seperti Jember ini muncul gagasan unik dalam bidang kreatifitas fashion dan merupakan trend mode global, dan JFC sebagai ikon kota Jember adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.”Dengan sentuhan keagungan seni di balik maha karya desainer Jember, JFC telah menjadi milik Indonesia dan dunia. JFC ini sudah mengglobal dan tak heran sekarang Jember telah menjadi negeri yang mendunia atau global village, itu berkat kreatifitas dan inovasi berkumpulnya desainer Jember di ajang JFC,”tegas Ayu.
Ayu menambahkan, tema yang diusung JFC begitu beragam dari mulai sentuhan kedaerahan, disamping sentuhan yang lain seperti fiksi yang apik dan memikat terlihat dari busana yang mereka tampilkan. Ayu juga menampik adanya anggapan dari masyarakat bahwa JFC hanya berkiblat pada trend busana global tanpa mengindahkan budaya daerah, menurutnya prospek JFC ini masih menjanjikan sepanjang ide atau gagasan kreatifitas itu belum mati maka JFC kelak bisa disejajarkan dengan karnaval bunga Pasadena Amerika yang jauh lebih dulu ada ketimbang JFC ini.

Yon Sudiono, Kameramen Rajawali TV Kabupaten Malang
“JFC Perhelatan Akbar Dibidang Fashion Internasional,”
Bagi Yon Sudiono salah seorang kameramen Rajawali TV milik mantan KSAD Jendral Purnawirawan TNI R. Hartono di era kepemimpinan orde baru, sangat mengagumi JFC dan merupakan pengalaman tersendiri sepanjang hidupnya karena baru kali ini ia diundang ke Jember dan diberi kesempatan menyaksikan dari dekat karnaval yang mengundang decak kagum itu. “Di Malang aja karnaval seperti JFC ini tidak pernah ada, saya baru pertama kali lihat JFC dan tidak salah jika JFC menjadi ikon kebanggaan masyarakat Jember. Kreatifitas kostum yang dikenakan oleh peserta JFC itu layak diacungi jempol, karena dibuat dari bahan dasar yang murah, dan mudah didapat,”jelas Yon.
Menariknya lagi menurut Yon Sudiono perpaduan kostum dari unsur tradiosional dan modern bisa tampil bareng dan saling mendukung serta memiliki estetika yang sangat tinggi, dan tidak memalukan dan layak menjadi tontonan yang menghibur dan kehadirannya selalu dirindukan oleh banyak orang, sekaligus JFC bukan hanya sekedar karnaval tapi menjadi ajang perhelatan akbar dibidang fashion internasional. “Tahun depan saya ingin kembali ke Jember bila diundang lagi untuk melihat JFC oleh pihak panitia penyelenggara, sekali lihat JFC sulit dilupakan dan apa yang saya lihat hari ini tentang JFC akan saya ceritakan kepada orang-orang terdekat saya di Malang,”imbuh Yon.

Kartika Ibu, Rumah Tangga
“JFC Bukan Tontonan Murahan, Tapi Sekaligus Juga Mendidik ”
Setiap tahun disaat JFC unjuk kebolehan di alun-alun Jember dan selalu dibanjiri oleh penonton baik dari Jember maupun dari luar kota, Kartika ibu dua orang anak ini sengaja tidak pernah masak karena tidak mau melewatkan JFC begitu saja. ” Saya kira JFC itu tontonan bergengsi bukan murahan karena ide dan kreatifitas fashionnya selalu ada yang baru, uniknya tema yang dibawakan selalu mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Saat berlangsung world cup (piala dunia) beberapa waktu lalu juga menjadi insipirasi kreatifitas JFC, ternyata itu juga yang menjadi ciri khas JFC sehingga enak ditonton dan tidak membosankan bagi siapa saja yang melihatnya,” kata Kartika.
Disamping itu JFC juga cukup mendidik masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri, bahan kostum yang dipakai peserta JFC juga buatan dalam negeri dan tidak kalah kwalitasnya dengan produk luar negeri. “Melalui JFC ini sekaligus mengingatkan masyarakat bahwa kita juga punya produk dan budaya tradisional yang adi luhung, dan itu semua sudah dibuktikan oleh JFC bahwa apa yang dimiliki oleh negeri ini layak untuk untuk ditampilkan melalui karnaval semacam ini. JFC bagian dari BBJ tidaklah terlampau berlebihan, mengingat JFC diakui memberi andil untuk mendatangkan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Jember melihat potensi wisata daerah yang ada.”terang Kartika.

Fendi Aditya, Mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember
“ Rekor Catwalk Terpanjang Hanya Dipunyai Oleh JFC ”
Hadirnya JFC adalah sarana efektif mengangkat nama daerah dimata internasional melalui keragaman kereasi fashion yang dimiliki, bahkan JFC mampu memecahkan rekor dibidang peragaan busana dengan catwalk terpanjang di dunia yakni 3,6 Km. “Predikat itu memang pantas disandang oleh JFC dan itu hanya dipunyai oleh JFC, sebagai seorang mahasiwa kelahiran asli Jember tentu saya sangat bangga dengan JFC.Jujur saja teman-teman kuliah saya yang kebanyakan pendatang dari daerah lain banyak yang iri dengan JFC, kenapa di daerahnya karnaval semacam JFC tidak ada dan kenapa hanya dipunyai oleh Jember?. Ini menunjukan Jember khususnya JFC sangat kreatif sekaligus memberi pencitraan yang positif bagi daerah dan Indonesia sebagai bangsa yang ramah dan berbudaya.
Disisi lain JFC sangat mendukung program pemerintah pusat yakni tahun ekonomi kreatif dan visit Indonesia year 2009, melalui karnaval fashion dunia (world fashion carnival) JFC menyemarakan perkembangan dunia mode.“Paling tidak dengan adanya JFC Jember bisa jadi tujuan wisata diantara sekian banyak tempat wisata di Indonesia, itu sudah dirintis sejak delapan tahun lalu oleh JFC dan hasilnya sungguh luar biasa banyak turis dari mancanegara yang datang ke Jember. Siapa bilang JFC lebih condong ke budaya barat seperti yang dikatakan sebagian masyarakat, anggapan seperti itu tidak benar karena JFC masih bernuasa kebangsaaan” .pungkas Fendi

Andri Gromiko, Anggota Jember Photography (JPG)
“ JFC Obyek Foto Spektakuler Bagi Para Fotografer”
Bagi seorang fotografer seperti Andri Gromiko sangat diuntungkan dengan adanya JFC, karena selain menjadi daya tarik tersendiri bagi para fotografer juga JFC sebagai obyek foto yang luar biasa untuk menghasilkan sebuah foto yang bagus dan menarik.” Saya bangga dengan Jember karena menjadi tempat tujuan pemotretan ratusan fotografer baik dari dalam negeri dan luar negeri, saya merasa tertantang berbaur dengan fotografer lain dalam mengabadikan JFC ini untuk bersaing mendapatkan gambar berkwalitas dan sakan dimunculkan dalam website JPG.Kalau tidak ada JFC mungkin para fotografer tidak bisa satu panggung dengan fotograger asing, selain itu bisa saling bertukar pengalam dibidang fotografi“ jelas Gromiko kelahiran Batu Malang itu.
Diakui oleh Gromiko meski para fotgrafer “bule” pirantinya lebih canggih tapi tidak menciutkan nyali fotografer dalam negeri , kebanyakan fotografer Indonesia jugamemiliki jam terbang tinggi di dunia fotografi.” Hasil karya foto mereka bisa disejajarkan dengan fotografer asing, bahkan diantaranya ada yang pakar infra red sebuah teknik pengambilan foto. Mengabadikan JFC dalam foto berarti merekam sebuah peristiwa bersejarah, JFC layak untuk diabadikan dengan segala kehebatannya dan keanggunannya. Biarkan foto yang bicara tentang JFC karena setiap detik, setiap menit apa yang ditampilkan oleh JFC terekam oleh kamera fotografer. Itu menjadi momentum penting bahwa di Jember telah lahir maha karya seni yang agung dibidang fashion, duniapun mengakui kemampuan JFC yang sangat luar biasa itu ” tukas Gromiko.

Martha Tilaar, Produsen Kosmetik Sari Ayu
“JFC Tidak Kalah Dengan Karnaval Bunga Pasadena”
Hebat dan fantastis itu komentar yang terucap dari bibir produsen kosmetik ternamadi Indonesia Sari Ayu saat diundang untuk melihat langsung JFC, kegembiraan dan kekagumannya pada JFC ke 8 tidak bisa disembunyikan dari raut muka wanita berusia senja yang masih menampakkan sisa-sisa kecantikan di wajahnya itu. “Tidak rugi saya datang langsung ke Jember hanya untuk menyaksikan tontonan JFC, luar biasa itu kesan saya kepada JFC dan jarang ada karnaval seperti ini apalagi muncul dikota kecil seperti Jember ini. JFC bukan hanya wujud kreatifitas desainer di Jember seperti Dynan Fariz, tapi boleh jadi JFC sekarang ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup (life Style). Perubahan itu saya rasakan lebih mengarah kepada hal yang positif bukan hura-hura, dan sepertinya masyarakat Jember khususnya dan Indonesia pada umunya sudah menerima perubahan itu ”papar Martha Tilaar.
Kebetulan antara JFC dan kosmetik Sari Ayu ini ada hubungan kemitraan, Sari Ayu adalah kosmetik yang dipakai oleh JFC dan cocok sekali bagi kulit orang Indonesia. Kapasitas saya di JFC sebagai partisipator untuk menangani kosmetik yang dipakai para peserta, bisa dilihat sendiri kosmetik Sari Ayu ini tidak luntur saat dipakai ketika panas sekalipun. Sari Ayu sudah dipercaya JFC selama delapan tahun bermitra kerja, dan ini adalah kemitraan yang sinergis antara Dynan Faris seorang desainer dan Martha Tilaar seorang pakar kecantikan. JFC juga saya nilai penampilannya luar biasa bagusnya, kalau jujur boleh saya katakan di Amerika tidak kalah dengan karnaval bunga Pasadena. Bahkan tidak hanya saya saja yang bilang begitu, tapi ada beberapa teman saya diluar negeri setelah melihat JFC di televisi juga berpendapat demikian .,”tutur Martha Tilaar. (*)

Selasa, 04 Agustus 2009

Panbers Ingin Ciptakan Lagu untuk Jember


Ada perasaan senang dan bahagia, ketika jejak kaki menapak di bumi yang pada beberapa tahun sebelumnya pernah disinggahi. Itulah Benny Panjaitan yang bersama kelompoknya Panbers, mencoba menapaki kembali masa kejayaannya seperti era tahun 70-an. Dia mengaku senang bisa datang kembali ke Jember, sebagaimana pernah dilakukan pada tahun 1974 silam.
Tiga puluh lima tahun yang silam atau tepatnya tahun 1974, sekelompok anak muda yang tergabung dalam grup musik,Panbers menggebrak Kota Jember. Dengan kepiwaiannya memainkan alat musik, mereka menyenandungkan lagu karya ciptanya sendiri yang ketika itu cukup hits.
Mereka yang tergabung dalam kelompok musik Panjaitan Bersaudara (Panbers) itu, merupakan grup musik papan atas pada era 70-an. Banyak lagu yang diciptakan sekaligus dilantunkannya sendiri sangat digemari ketika itu.
Diantara lagu yang berhasil menembus puncak tangga lagu dan sangat populer ketika itu adalah, Pilu, Hidup Terkekang, Kisah Cinta Remaja, Semusim Bunga, Pelipur Lara, Maafkan Daku, Akhir Cinta, Risau, Pergi dan Berlalu, Gereja Tua, Mengapa Harus Jumpa dan beberapa lagu lainnya.
Kini di usianya yang sudah tidak muda lagi, mereka berusaha mencoba untuk mengenang kembali kejayaan sebagaimana pernah diraihnya pada masa lalu. Sejumlah kota yang pada masa keemasannya dulu pernah disingghi, kini didatanginya lagi.
Salah satu kota yang menjadi daerah tujuan dari napak tilas kejayaan Panbers itu adalah Kota Jember. Di kota ini, Benny Panjaitan, sebagai dedengkot sekaligus vokalis Panbers, mengaku punya kesan tersendiri. Banyak kenangan yang dirasakannya di kota dengan julukan Kota Tembakau ini.
Begitu indah nama Jember di mata Benny, hingga dia berkeinginan untuk membuat lagu yang berceritera soal Jember. “Saya ingin membuat lagu tentang Jember. Katanya di sini (Jember) ada pantai yang indah. Itu bisa kita jadikan lagu,”ucapnya.
Indah kedengarannya kalau saja keinginan Benny menciptakan lagu tentang Jember itu bisa terlaksana. Setidaknya masyarakat Jember akan merasakan kebanggaan nan tak terhingga, karena daerahnya dibuat lagu oleh seorang seniman besar yang namanya sangat dikenal.
Benny mengaku tertarik untuk menulis lagu tentang pantai Papuma, setelah ia melihat gambar pantai itu dari buku profil dan potensi Kabupaten Jember, yang diterimanya dari Wakil Bupati Jember, Kusen Andalas dalam acara ramah tamah di aula bahwa Pemkab Jember. Dari gambarnya, kata Benny pantai itu terlihat sangat indah. “Bisa kita buat lagu misalnya, Senja di Papuma”, kata Benny.
Bahkan kalau mungkin, untuk pembuatan lagu tentang Pantai Papuma ini, bisa dilakukan lewat lomba. Sehingga dengan begitu, seluruh masyarakat dan seniman, bisa mengikutinya. “Lagu itu nantinya bisa dijadikan trade mark Kabupaten Jember,” tandasnya. (ind)

Malam Amal Kemanusiaan PMI Bersama Panbers


Jember-LONTAR.
Sebagai publik figur, keberadaan seorang artis di mata masyarakat, dipandang sebagai sosok yang memiliki kelebihan tertentu. Karena itu tak jarang kehadiran mereka dalam suatu kegiatan, banyak menyedot perhatian masyarakat, sebab memang dielu-elukan.

Nah, dalam rangka menyedot perhatian masyarakat ini, PMI cabang Kabupaten Jember, mengundang kelompok musik legendaris Panjaitan Bersaudara (Panbers), ke Jember. Kehadiran Panbers yang akan tampil dalam acara Tembang Kenangan di Rumah Makan New Sari Utama pada Selasa malam, 4 Agustus ini, dalam rangka Malam Amal Kemanusiaan dan Kampanye Anti Narkoba PMI.
Namun begitu, sebelum memulai acaranya, personil Panbers, yang terdiri dari Benny Panjaitan, Asido Panjaitan, Hans Panjaitan dan Doan Panjaitan, pada siang harinya berkesempatan untuk bertemu pejabat Pemkab Jember. Kehadiran pemusi-pemusik gaek di Jember ini diterima Wakil Bupati Jember, Kusen Andalas dan Asisten Ekonomi Pembangunan, Drs H Edy B Susilo, M.Si, di aula bawah Pemkab Jember.
Kepada personil Panbers, pada kesempatan itu Wabup, mengatakan, bahwa secara umum Jember tidak termasuk dalam daerah yang rawan penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba). Bebasnya Jember dari persoalan narkoba ini, kata wabup, karena Pemkab Jember sendiri berusaha untuk terus melakukan antisipasi pada setiap kemungkinan terjadinya penggunaan narkoba.
Selain itu, kata wabup, sejalan dengan program jangka pendek dan menengah Pemerintah Kabupaten Jember, prioritas pembinaan mental lewat lembaga pondok pesantren senantiasa dilakukan. “Jember ini dikenal sebagai kota pendidikan. Pondok pesantrennya saja tidak kurang dari 700 lembaga. Karena itu arah pembangunan di sini (Kabupaten Jember), adalah Jember Relegius,” terang Wabup, yang didampingi Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Pemkab Jember, Drs H Edy B Susilo, M.Si.
Sementara Benny Panjaitan, vokalis sekaligus maskot dari kelompok Panbers, pada kesempatan itu menyatakan kegembirannya karena bisa hadir di Kota Jember, yang pada tahun 1974 silam, pernah dikunjunginya. Kehadirannya di Jember ini, kata pelantun lagu-lagu populer Panbers, seperti Pilu, Semusim Bunga, Risau, Pergi dan Berlalu, Hidup Terkekang dan Akhir Cinta dan sebagainya itu, selain dalam rangka Malam Amal Kemanusiaan dan Kampanye Anti Narkoba PMI, sekaligus untuk bernostalgia.
“Saya senang bisa datang lagi ke kota Jember. Ini napak tilas dari perjalanan Panbers mulai dari Medan, hingga ke Jember,” kata Banny, didampingi saudara-saudaranya yang tergabung dalam kelompok Panbers. (ind)


Senin, 03 Agustus 2009

PAD Jember Naik Setiap Tahun


Jember-LONTAR
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember mengalami kenaikan tiap tahun. Tahun 2005 misalnya dari Rp 51, 47 milliar, tahun 2006 naik menjadi Rp 68 milliar. Sedangkan tahun 2007 mengalami kenaikan tertinggi menjadi Rp 89 milliar dan di tahun 2008 PAD Jember meningkat menjadi Rp 135.470 milliar. Demikian disampaikan Drs Suprapto, Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pemkab Jember


Dikatakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu bersumberkan dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain lain pendapatan daerah yang sah. “Jumlahnya tiap tahun selalu meningkat, ”lanjutnya.
Dari sisi sektor pajak daerah di tahun 2005 Jember hanya bisa merealisasikan Rp 16 milliar, di tahun 2008 meningkat tajam menjadi Rp 24 milliar lebih per tahun. Sementara itu retribusi daerah meliputi (parkir, dan ijin galian) di tahun 2005 direalisasikan sebesar Rp 22 milliar, di tahun 2008 menjadi Rp 65 milliar lebih.
Lebih jauh Suprapto, menegaskan bahwa banyak hal yang masih bisa digali untuk menambah pemasukan PAD di Kabupaten Jember. Belum lagi ada proses perijinan tentang galian B bidang pertambangan, dan belum optimalnya pajak-pajak di rumah sakit swasta terkait pelayanan di Kabupaten Jember. “Sementara ini Pemkab Jember masih belum memiliki perda khusus terkait pertambangan galian B, sehingga masih mengandalkan galian C untuk retribusinya, ”ujar Suprapto.
Padahal, katanya potensi besar terkait pertambangan masih banyak yang bisa digali di Kabupaten Jember. Bukan hanya itu, belum optimalnya pengelolaan tempat wisata milik Pemerintah yang menurutnya bisa dikelola oleh swasta dengan profesional. “Pemerintah akhirnya diuntungkan, karena bisa mematok target. Tapi yang jelas MoU harus jelas terlebih dahulu, ”ujar Suprapto, dengan segudang terobosan dan ide ini.
Diharapkan ke depan dengan kemampuan Anggaran Kabupaten Jember yang mencapai Rp 1.280 Trilliun itu, pemerintah bisa berbuat lebih banyak lagi. Bahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah itu Dispenda berupaya untuk memaksimalkan target pemasukan beberapa retribusi diantaranya tempat wisata, hotel, dan restoran yang tumbuh dengan pesat di Kabupaten Jember.
“Iklim investasi itu membuat pendapatan daerah meningkat. Tapi jaminan investasi itu adalah terkait keamanan, dan stabilitas daerah harus tetap terjaga, ”ujar Suprapto. (joy)

DPRD Jember Dukung Pembangunan Pabrik Semen

Jember-LONTAR.
Kalangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jember, menyambut baik dimanfaatkannya bahan galian batu kapur di Gunung Sadeng, Desa Grenden, Kecamatan Puger, untuk bahan baku semen. Pasalnya, dengan dimanfaatkannya batu kapur untuk bahan baku semen, ada harapan kesejahteraan masyarakat setempat akan membaik


Selama ini, potensi bahan galian batu kapur yang terdapat di Grenden, Puger, lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi bahan bangunan. Pun pengerjaannya dilakukan secara tradisional. Padahal kekayaan yang terkandung di dalamnya, cukup besar
Karena itu, masuknya investor yang akan memanfaatkan bahan kapur untuk bahan baku semen tersebut, disambut baik oleh kalangan dewan. Masuknya investor yang diikuti dengan didirikannya pabrik semen di kawasan itu, dinilai anggota dewan sebagai pertanda baik untuk masa depan Jember.
Diharapkan, dengan didirikannya pabrik semen mini dengan kapasitas 1000-3000 ton perhari itu, akan berimbas pada sektor yang lain. Sehingga seluruh potensi yang ada dapat dieksplorasi untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Anggota komisi B DPRD Kabupaten Jember, H Niti Suroto, mengatakan didirikanya pabrik sement mini yang menggunakan bahan baku dari Gunung Sadeng, Grenden, Puger, tidak perlu dikhawatirkan akan menghabiskan cadangan bahan galian yang ada di sana. Itu karena, proses didirikannya pabrik semen di kawasan tersebut, sebelumnya sudah melalui kajian dan analisis mendalam, baik dari sisi ekonomi maupun masa jangka waktu eksploitasi baku yang dimanfaatkan.
“Jadi tidak perlu khawatir, karena penggunaan bahan baku batu gamping sebagai semen, tidak akana habis, mengingat kapasitas produksi yang dihasilkan kategori kecil,” ujarnya.
Untuk tahap awal produksi, pabrik semen ini akan menggunakan bahan baku dari limbah bongkahan batu-batu yang berserakan dan menggunung di kaki Gunung Sadeng. Bongkahan batu dari hasil penambagan para penambang yang tidak termanfaatkan itu, kemudian diolah untuk dijadikan semen.
Pemanfaatan limbah batu gamping untuk bahan semen ini menurut Niti, sebagai hal yang sangat inovatif. Mengingat, selama ini bongkahan batu gamping itu, hanya dibiarkan menggunung tanpa termanfaatkan dengan baik.
“Saya sama sekali tidak merasa was-was maupun dirugikan adanya pabrik semen mini Puger. Kalau ada masyarakat yang masih was-was, itu berlebihan memandang suatu yang baru dan belum diketahui manfaatnya untuk kepentingan yang lebih besar,”katanya.
Menurutnya, pendirian pabrik semen di kawasan itu pada saatnya nanti akan dapat memberikan keuntungan kepada banyak pihak, khususnya para penambang. “Penambang tradisional akan lebih diberdayakan, dengan satu catatan dibangun komitmen yang jelas. Sehingga kedepan produksi pabrik semen akan lebih meningkat seiring meningkatnya kesejahteraan warga masyarakat Puger secara umum,”imbuh Niti.(ind).