Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 05 Agustus 2009

Jember Fashion Carnaval (JFC)





Sekelas Karnaval Bunga Pasadena

lontarnews.com.
Jember Fashion Carnaval (JFC) ke 8, yang digelar hari Minggu 2 Agustus 2009, dan merupakan icon dari Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ), mengundang decak kagum hampir seluruh penonton yang menyaksikannya. Beragam kreasi busana atau fashion yang diangkat dalam karnaval tahunan hasil olahan koreografer Dynan Faris ini, mampu membuat orang terperangah, karena bagusnya dan memang spektakulaer. Tak heran kalau Marta Tilaar, bos Perusahaan Komestik Sari Ayu, kemudian mengatakan Jember Fashion Carnaval tidak kalah dibanding Karnaval Bunga Paseda, Amerika Serikat.


Prof Dr.Ayu Sutarto, Budayawan dan Dosen Fakultas Sastra, Universitas Jember
“JFC Jember Bisa Jadi Global Village”
Saya melihat JFC ke-8 ini lebih hebat dari pelaksanaan JFC sebelumnya, sebagai warga Jember saya bangga dengan JFC sebab dari kota kecil seperti Jember ini muncul gagasan unik dalam bidang kreatifitas fashion dan merupakan trend mode global, dan JFC sebagai ikon kota Jember adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.”Dengan sentuhan keagungan seni di balik maha karya desainer Jember, JFC telah menjadi milik Indonesia dan dunia. JFC ini sudah mengglobal dan tak heran sekarang Jember telah menjadi negeri yang mendunia atau global village, itu berkat kreatifitas dan inovasi berkumpulnya desainer Jember di ajang JFC,”tegas Ayu.
Ayu menambahkan, tema yang diusung JFC begitu beragam dari mulai sentuhan kedaerahan, disamping sentuhan yang lain seperti fiksi yang apik dan memikat terlihat dari busana yang mereka tampilkan. Ayu juga menampik adanya anggapan dari masyarakat bahwa JFC hanya berkiblat pada trend busana global tanpa mengindahkan budaya daerah, menurutnya prospek JFC ini masih menjanjikan sepanjang ide atau gagasan kreatifitas itu belum mati maka JFC kelak bisa disejajarkan dengan karnaval bunga Pasadena Amerika yang jauh lebih dulu ada ketimbang JFC ini.

Yon Sudiono, Kameramen Rajawali TV Kabupaten Malang
“JFC Perhelatan Akbar Dibidang Fashion Internasional,”
Bagi Yon Sudiono salah seorang kameramen Rajawali TV milik mantan KSAD Jendral Purnawirawan TNI R. Hartono di era kepemimpinan orde baru, sangat mengagumi JFC dan merupakan pengalaman tersendiri sepanjang hidupnya karena baru kali ini ia diundang ke Jember dan diberi kesempatan menyaksikan dari dekat karnaval yang mengundang decak kagum itu. “Di Malang aja karnaval seperti JFC ini tidak pernah ada, saya baru pertama kali lihat JFC dan tidak salah jika JFC menjadi ikon kebanggaan masyarakat Jember. Kreatifitas kostum yang dikenakan oleh peserta JFC itu layak diacungi jempol, karena dibuat dari bahan dasar yang murah, dan mudah didapat,”jelas Yon.
Menariknya lagi menurut Yon Sudiono perpaduan kostum dari unsur tradiosional dan modern bisa tampil bareng dan saling mendukung serta memiliki estetika yang sangat tinggi, dan tidak memalukan dan layak menjadi tontonan yang menghibur dan kehadirannya selalu dirindukan oleh banyak orang, sekaligus JFC bukan hanya sekedar karnaval tapi menjadi ajang perhelatan akbar dibidang fashion internasional. “Tahun depan saya ingin kembali ke Jember bila diundang lagi untuk melihat JFC oleh pihak panitia penyelenggara, sekali lihat JFC sulit dilupakan dan apa yang saya lihat hari ini tentang JFC akan saya ceritakan kepada orang-orang terdekat saya di Malang,”imbuh Yon.

Kartika Ibu, Rumah Tangga
“JFC Bukan Tontonan Murahan, Tapi Sekaligus Juga Mendidik ”
Setiap tahun disaat JFC unjuk kebolehan di alun-alun Jember dan selalu dibanjiri oleh penonton baik dari Jember maupun dari luar kota, Kartika ibu dua orang anak ini sengaja tidak pernah masak karena tidak mau melewatkan JFC begitu saja. ” Saya kira JFC itu tontonan bergengsi bukan murahan karena ide dan kreatifitas fashionnya selalu ada yang baru, uniknya tema yang dibawakan selalu mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat. Saat berlangsung world cup (piala dunia) beberapa waktu lalu juga menjadi insipirasi kreatifitas JFC, ternyata itu juga yang menjadi ciri khas JFC sehingga enak ditonton dan tidak membosankan bagi siapa saja yang melihatnya,” kata Kartika.
Disamping itu JFC juga cukup mendidik masyarakat untuk mencintai produk dalam negeri, bahan kostum yang dipakai peserta JFC juga buatan dalam negeri dan tidak kalah kwalitasnya dengan produk luar negeri. “Melalui JFC ini sekaligus mengingatkan masyarakat bahwa kita juga punya produk dan budaya tradisional yang adi luhung, dan itu semua sudah dibuktikan oleh JFC bahwa apa yang dimiliki oleh negeri ini layak untuk untuk ditampilkan melalui karnaval semacam ini. JFC bagian dari BBJ tidaklah terlampau berlebihan, mengingat JFC diakui memberi andil untuk mendatangkan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Jember melihat potensi wisata daerah yang ada.”terang Kartika.

Fendi Aditya, Mahasiwa Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember
“ Rekor Catwalk Terpanjang Hanya Dipunyai Oleh JFC ”
Hadirnya JFC adalah sarana efektif mengangkat nama daerah dimata internasional melalui keragaman kereasi fashion yang dimiliki, bahkan JFC mampu memecahkan rekor dibidang peragaan busana dengan catwalk terpanjang di dunia yakni 3,6 Km. “Predikat itu memang pantas disandang oleh JFC dan itu hanya dipunyai oleh JFC, sebagai seorang mahasiwa kelahiran asli Jember tentu saya sangat bangga dengan JFC.Jujur saja teman-teman kuliah saya yang kebanyakan pendatang dari daerah lain banyak yang iri dengan JFC, kenapa di daerahnya karnaval semacam JFC tidak ada dan kenapa hanya dipunyai oleh Jember?. Ini menunjukan Jember khususnya JFC sangat kreatif sekaligus memberi pencitraan yang positif bagi daerah dan Indonesia sebagai bangsa yang ramah dan berbudaya.
Disisi lain JFC sangat mendukung program pemerintah pusat yakni tahun ekonomi kreatif dan visit Indonesia year 2009, melalui karnaval fashion dunia (world fashion carnival) JFC menyemarakan perkembangan dunia mode.“Paling tidak dengan adanya JFC Jember bisa jadi tujuan wisata diantara sekian banyak tempat wisata di Indonesia, itu sudah dirintis sejak delapan tahun lalu oleh JFC dan hasilnya sungguh luar biasa banyak turis dari mancanegara yang datang ke Jember. Siapa bilang JFC lebih condong ke budaya barat seperti yang dikatakan sebagian masyarakat, anggapan seperti itu tidak benar karena JFC masih bernuasa kebangsaaan” .pungkas Fendi

Andri Gromiko, Anggota Jember Photography (JPG)
“ JFC Obyek Foto Spektakuler Bagi Para Fotografer”
Bagi seorang fotografer seperti Andri Gromiko sangat diuntungkan dengan adanya JFC, karena selain menjadi daya tarik tersendiri bagi para fotografer juga JFC sebagai obyek foto yang luar biasa untuk menghasilkan sebuah foto yang bagus dan menarik.” Saya bangga dengan Jember karena menjadi tempat tujuan pemotretan ratusan fotografer baik dari dalam negeri dan luar negeri, saya merasa tertantang berbaur dengan fotografer lain dalam mengabadikan JFC ini untuk bersaing mendapatkan gambar berkwalitas dan sakan dimunculkan dalam website JPG.Kalau tidak ada JFC mungkin para fotografer tidak bisa satu panggung dengan fotograger asing, selain itu bisa saling bertukar pengalam dibidang fotografi“ jelas Gromiko kelahiran Batu Malang itu.
Diakui oleh Gromiko meski para fotgrafer “bule” pirantinya lebih canggih tapi tidak menciutkan nyali fotografer dalam negeri , kebanyakan fotografer Indonesia jugamemiliki jam terbang tinggi di dunia fotografi.” Hasil karya foto mereka bisa disejajarkan dengan fotografer asing, bahkan diantaranya ada yang pakar infra red sebuah teknik pengambilan foto. Mengabadikan JFC dalam foto berarti merekam sebuah peristiwa bersejarah, JFC layak untuk diabadikan dengan segala kehebatannya dan keanggunannya. Biarkan foto yang bicara tentang JFC karena setiap detik, setiap menit apa yang ditampilkan oleh JFC terekam oleh kamera fotografer. Itu menjadi momentum penting bahwa di Jember telah lahir maha karya seni yang agung dibidang fashion, duniapun mengakui kemampuan JFC yang sangat luar biasa itu ” tukas Gromiko.

Martha Tilaar, Produsen Kosmetik Sari Ayu
“JFC Tidak Kalah Dengan Karnaval Bunga Pasadena”
Hebat dan fantastis itu komentar yang terucap dari bibir produsen kosmetik ternamadi Indonesia Sari Ayu saat diundang untuk melihat langsung JFC, kegembiraan dan kekagumannya pada JFC ke 8 tidak bisa disembunyikan dari raut muka wanita berusia senja yang masih menampakkan sisa-sisa kecantikan di wajahnya itu. “Tidak rugi saya datang langsung ke Jember hanya untuk menyaksikan tontonan JFC, luar biasa itu kesan saya kepada JFC dan jarang ada karnaval seperti ini apalagi muncul dikota kecil seperti Jember ini. JFC bukan hanya wujud kreatifitas desainer di Jember seperti Dynan Fariz, tapi boleh jadi JFC sekarang ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup (life Style). Perubahan itu saya rasakan lebih mengarah kepada hal yang positif bukan hura-hura, dan sepertinya masyarakat Jember khususnya dan Indonesia pada umunya sudah menerima perubahan itu ”papar Martha Tilaar.
Kebetulan antara JFC dan kosmetik Sari Ayu ini ada hubungan kemitraan, Sari Ayu adalah kosmetik yang dipakai oleh JFC dan cocok sekali bagi kulit orang Indonesia. Kapasitas saya di JFC sebagai partisipator untuk menangani kosmetik yang dipakai para peserta, bisa dilihat sendiri kosmetik Sari Ayu ini tidak luntur saat dipakai ketika panas sekalipun. Sari Ayu sudah dipercaya JFC selama delapan tahun bermitra kerja, dan ini adalah kemitraan yang sinergis antara Dynan Faris seorang desainer dan Martha Tilaar seorang pakar kecantikan. JFC juga saya nilai penampilannya luar biasa bagusnya, kalau jujur boleh saya katakan di Amerika tidak kalah dengan karnaval bunga Pasadena. Bahkan tidak hanya saya saja yang bilang begitu, tapi ada beberapa teman saya diluar negeri setelah melihat JFC di televisi juga berpendapat demikian .,”tutur Martha Tilaar. (*)