Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 06 Juli 2009

Hanya 23 Kecamatan yang Mendapatkan PNPM

Dari 31 Kecamatan yang ada di Kabupaten Jember
Jember-LONTAR.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat yang menjadi program prioritas, baik pemerintah pusat maupun daerah, diharapkan akan mampu mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini. Lewat program peningkatan kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat ini, pemerintah berupaya menggerakkan kreatifitas masyarakat melalui steakholder yang ada dibawahnya.
Kaitan dengan program ini, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPEMAS) Kabupaten Jember, yang mendapatkan kucuran dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Pembangunan (PNPM-MP) sebesar Rp 68 milliar, pada tanggal 30 Juni lalu, menggelar sosialisasi. Pemanfaatan dana yang diperuntukkan bagi 23 kecamatan dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Jember ini, diharapkan akan mempercepat upaya pengentasan kemiskinan, utamanya di Kabupaten Jember.
Dipilihnya 23 dari 31 kecamatan tersebut, menurut Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas), Kabupaten Jember, Ir Suhardiyanto, didasarkan atas penilaian, bahwa jumlah masyarakat miskin (maskin) pada kecamatan ini terbilang cukup tinggi. Masing-masing kecamatan untuk program ini, akan mendapatkan dana Rp 3 milliar, kecuali Kecamatan Umbulsari yang jumlah maskinnya terbilang sedikit, hanya mendapatkan Rp 2 milliar.
Dijelaskan Soehardijanto, bahwa program PNPM-MP ini merupakan sharing program antara pusat dan daerah, yang dananya diambil dari APBN dan APBD. Pusat menyediakan 60 persen dari kebutuhan dana yang ada, sedangkan Pemkab Jember 40 persen.
Program peningkatan mutu kehidupan dan kesejahteraan masyarakat ini, lanjut Suhardiyanto, merupakan upaya pemerintah, untuk memberdayakan masyarakat. Karena itu, dalam pelaksanaannya, masyarakat sendiri yang akan melaksanakannya.
Untuk keperluan ini, Bappemas telah menunjuk Petugas Pelaksana Kegiatan (PPK) sebagai pendamping masyarakat dalam melaksanakan program tersebut. “PNPM-MP dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang langsung berkaitan dengan masyarakat, antara lain pembangunan jalan non aspal, pembangunan irigasi, fasilitas pendidikan berupa pos-pos PAUD, layanan kesehatan dalam bidang posyandu, serta peningkatan keterampilan ibu-ibu rumah tangga,”papar Suhardiyanto.
Bupati Jember, MZA Djalal, dalam sambutannya yang dibacakan, Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Drs. H Edi B Susilo, M.Si, menjelaskan, bahwa peruntukkan dari program ini murni untuk masyarakat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan di lapangan, diharapkan benar-benar untuk kepentingan masyarakat.
Dikatakannya, bahwa program ini juga harus dikembangkan serta dilaksanakan oleh masyarakat sendiri guna pengembangan ekonomi kreatif dalam rangka peningkatan kesejahteraan. “Ini diperlukan partisipasi semua elemen masyarakat, serta koordinasi seluruh aparat yang ada. Baik desa atau kelurahan maupun kecamatan. Ini menunjukkan, bahwa keberhasilan dari sharing program ini bukan untuk pemerintah, akan tetapi merupakan keberhasilan masyarakat Jember secara keseluruhan. (ind)



Disamping itu menurut Bupati Jember, MZA Djalal, melalui Kabag Humas PemKabupatenJember, Drs. Agoes Slameto, bahwa Bupati Djalal menekankan PNPM-MP merupakan sebuah integrasi program penanggulan kemiskinan yang sangat mulia. Karena program tersebut masyarakat diberikan pelatihan, pembinaan melalui pola pemberdayaan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri lewat pendampingan yang telah disetujui dan digagas oleh masyarakat sendiri. Lanjut Agoes, pemerintah hanya memberikan fasilitas dan monitoring, serta evaluasi terhadap penggunaan dana tersebut. Untuk itulah Bupati berharap, hendaknya program yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kemakmuran semua masyarakat yang ada. Ditegaskan pula oleh, Bupati Jember mengharapkan agar SKPD-SKPD yang telah ditunjuk untuk tidak ragu-ragu melaksanakan program ini sesuai Petunjuk Teknis Operasional (PTO) yang ada, sehingga visi misi Kabupaten Jember bisa terwujud dalam rangka Membangun Desa Menata Kota Untuk Kemakmuran Bersama.

Program ini kata Suhardiyanto, juga dibantu melalui ADB (Asian Development Bank), juga melalui partisipasi pihak perbankan.

Saatnya Menyertakan Agropolitan Sebagai Predikat Daerah


Jember yang Hijau dan Kaya akan Potensi Pertanian
Jember- LONTAR.
Kabupaten Malang segera mewujudkan impiannya menjadikan daerahnya Minapolitan. Lalu bagaimana dengan Kabupaten Jember yang kondisi wilayahnya nyaris tidak berbeda jauh dengan Malang. Kapan kota di kawasan timur Jawa Timur ini, menyertakan predikat Agropolitan bagi daerahnya?.

Kabupaten Malang yang sejak dulu dikenal sebagai daerah penghasil buah-buahan, belakangan mulai menyoroti sektor perikanan untuk dijadikan sasaran pengembangan potensi yang dimilikinya. Kabupaten ini berencana membuat kolam berukuran raksasa yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pemancingan, termasuk kewisataan.
Ada tiga lokasi yang menurut rencana disiapkan untuk proyek ini, yaitu Desa Sukoanyar, Blayu dan Baringin, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Penyiapan lokasi oleh Pemkab Malang ini, sesuai kesepakatan yang telah dibuat antara Pemkab Malang dengan Pemprop dan pemerintah pusat.
Pemkab Malang sebagai pihak yang berketempatan atas lokasi proyek yang akan dilaksanakan, kebagian jatah menyiapkan lahan. Sedang pemprop kebagian membangun infrastruktur jalan, dan pemerintah pusat yang akan melaksanakan pembangunan kolam serta berbagai sarana penunjang yang dibutukan untuk kompleks minapolitan.
Kompleks Minapolitan tersebut, sebagaimana dikatakan Kepala Bagian Pertanahan Malang, M Jamhuri, akan dibiayai dari dana APBD kabupaten, APBD provinsi dan APBN. Dan untuk keperluan ini, sudah disediakan lahan berikut ketersediaan air yang cukup untuk menyuplai kolam-kolam ikan.
Lalu bagaimana dengan Kabupaten Jember, yang secara geografis kondisinya tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Malang. Daerah ini sebenarnya sama-sama memiliki peluang untuk menjadikan potensi pertaniannya sebagai icon daerah.
Telebih lagi, dari kebijakan dan program yang diluncurkan, sektor pertanian cukup mendapat perhatian dari Pemkab Jember. Ini terbukti, sektor ini dimasukkan ke dalam skala prioritas pembangunan di Kabupaten Jember, selain beberapa program lainnya, seperti pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana pedesaan.
Dari beberapa indikasi ini, Jember sudah seharusnyalah menyandangkan nama Agropolitan bagi daerahnya. Kalau Kabupaten Malang berani menyertakan nama Minapolitan (kota ikan) sebagai sebutan lain dari daerahnya, lalu kapan Kabupaten Jember, menyertakan sebutan Agropolitan, sebagai nama lain dari daerahnya.
Penamaan Agropolitan untuk Kabupaten Jember, sebenarnya tidak terlalu berlebihan, bahkan sangat pas dan pantas. Mengingat daerah ini sebagian besar wilayahnya terdiri atas lahan pertanian, ditambah penduduknya yang sebagian besar menggeluti dunia pertanian.
Lihat saja, Sungai Bondoyudo yang mengalir di sepanjang jalan poros Jember-Surabaya, memberi kesan, bahwa daerah ini layak untuk disebut sebagai daerah Agropolitan. Itu karena, fungsi dari sungai buatan ini bukan sebagai saluran pembuangan, tapi untuk mensuply kebutuhan air bagi persawahan yang ada di sepanjang sungai tersebut.
Dilain sisi, sungai yang membentang dari wilayah timur Kabupaten Lumajang hingga wilayah selatan Kabupaten Jember ini, dapat pula menjadi pemandangan yang menyegarkan bagi masyarakat luar kota yang hendak ke Jember. Mengingat, letak dari sungai ini persis berada di pinggir jalan poros jurusan Jember-Surabaya.
Sungai ini sekaligus juga berfungsi sebagai pintu masuk ke Kabupaten Jember, sekaligus juga sebagai pengenal bagi Kabupaten Jember kepada masyarakat dari luar daerah, bahwa wilayah ini merupakan daerah pertanian yang menjadi lumbung pangan untuk kawasan Jawa Timur, bahkan nasional.
Kabag Humas, Pemkab Jember, Drs Agus Slameto, M.Si, menilai penyebutan Jember sebagai Kota Agropolitan, sudah saatnya dilakukan. Itu karena, banyak indikator yang bisa dijadian acuan untuk menjadikan Jember sebagai daerah Agropolitan.
Hal itu diantaranya, adanya Kantor Wilayah I dan II, PT Perkebunan Nusantara XII. Kantor ini menjadi pusat kegiatan perusahaan perkebunan milik pemerintah untuk wilayah timur Jawa Timur. Di daerah ini juga terdapat beberapa perkebunan milik swasta, seperti Perkebunan Kalitengah, Sukokulon, Kaliglagah, Tugusari dan beberapa perkebunan lainnya.
Bahkan Jember juga memiliki badan usaha milik daerah (BUMD), yang bergerak di sektor perkebunan, yakni Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP). Di daerah ini, juga ada ada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao serta Laboratorium Penelitian Kualitas Tembakau. “Indikatornya, 40 % kebutuhan pangan nasional dipasok dari Jember. Jumlah areal pertanian dan perkebunannya juga di atas rata-rata standar nasional,” terangnya.
Sedang indikator umum yang bisa dijadikan acuan untuk menjadikan Jember sebagai daerah Agropolitan, kata Agus, yakni pasokan air untuk keperluan irigasi, baik melalui pengairan teknis maupun non teknis, sangat tercukupi. “Dari sisi demografi, 70 % masyarakat Jember adalah petani. Dan dari tahun ke tahun produksi pangannya terus meningkat,” jelasnya
Besarnya potensi yang dimiliki Kabupaten Jember di bidang pertanian ini, juga didukung oleh banyaknya komoditi pertanian. Berbagai jenis buah-buahan sampai tanaman pangan dan palawija serta sayuran, sangat mudah dijumpai di daerah ini.
Lebih dari itu, di daerah ini juga berdiri lembaga pendidikan yang terkait dengan dunia pertanian. Lembaga itu seperti, Politeknik Pertanian, Klinik Agro di Umbulsari, dan beberapa lembaga pertanian lain yang cukup banyak berdiri di Jember. “Belum lagi adanya Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Jadi sangat tepat kalau Jember dikatakan sebagai daerah Agropolitan,”tambahnya. (gig)

Iklim Investasi Mulai Bergairah


Jember-LONTAR.
Iklim investasi di Kabupaten Jember, sejak tiga belakangan menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan. Ini ditandai dengan masuknya pemilik modal, baik dalam negeri (PMDN) maupun asing (PMA). Tercatat, sektor pertambangan, yang sejak beberapa tahun sebelumnya banyak disinggung, pada beberapa waktu lalu sudah berancang-berancang untuk dimulai eksplorasinya.
Rencana penambangan pasir besi di kawasan pantai selatan, Paseban, Kecamatan Kencong oleh PT Agtika Dwi Sejahtera (investor) ini, dilihat dari beberapa aspek, akan banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat maupun Pemkab Jember. Selain terserapnya para pencari kerja pada kawasan itu, penambangan pasir besi ini juga akan memberikan sumbangan pendapatan asli daerah (PAD) yang nilainya tentu tidak kecil.
Kegiatan penambangan pasir besi pada kawasan ini, juga diyakini tidak akan meninggalkan persoalan lingkungan hidup. Karena dari pihak investor, sesuai MoU yang telah dibuat bersama Pemkab Jember, menyatakan kesediannya untuk berupaya tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan tempat dilakukannya penambangan pasir besi.
Dan factor masyarakat dan lingkungan hidup, menjadi pertimbangan utama, kaitan dengan kegiatan eksplorasi tambang pasir besi. Karena kecenderungan dari kegiatan penambangan akan disertai oleh terjadinya perubahan struktur tanah dan bisa mempengaruhi lingkungan.
Sebagaimana dikatakan pihak investor, bahwa rencana proyek penambangan yang akan dijalankan adalah dengan cara memanfaatkan lahan tidak produktif menjadi produktif. Dalam arti, unsur Fe-nya atau besinya akan diambil, sehingga lahan itu bisa lebih diproduktifkan.
“Jadi perencanaan ini memang cukup hati-hati karena harus memperhatikan lingkungan. Kita lihat sisi baiknya, jadi masyarakatpun dapat keuntungan, karena kalau unsur Fe-nya kita buang, lahan itu bisa ditanami kembali, tumbuh-tumbuhan bisa jadi subur,”papar Sudarsono, investor penambangan pasir besi asal Jakarta, ketika itu
Kegiatan investasi lain yang sedang maupun sudah berjalan di Kabuaten Jember, adalah Pizza Hut dan Pabrik Semen Puger. Untuk Pizza Hut yang sejak dua tahun lalu memasuki daerah ini, belakangan disusul masuknya PT Semen Puger Jaya Rasa Sentosa, yang akan memanfaatkan bahan baku batu kapur Gunung Sadeng, Puger, untuk diolah menjadi bangunan berupa semena.
Bupati Jember, MZA Djalal, yang melakukan peletakan batu pertama pada rencana pembangunan pabrik Semen Puger itu, dalam sambutannya mengatakan, semoga niat yang baik ini akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Jember pada umumnya. Pada kesempatan itu, Bupati Djalal meminta semua rekanan dan masyarakat yang melakukan pembangunan gedung, bisa menggunakan semen produksi Puger. “Kalau semua bangunan pakai semen ini akan memberikan nilai tambah dan produksi semen puger ini akan meningkat tajam”, katanya.
Sedang kepada pihak investor, bupati meminta, agar keuntungan yang diperolehnya dari usaha pembuatan semen, disimpan di bank yang ada di daerah ini. Ini dimaksudkan, agar pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jember, dapat semakin meningkat. “Sehingga ini akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,”ujarnya.
Sementara Direktur Utama, PT Semen Puger Jaya Raya Sentosa, Hengky Sugiharto Gunawan, mengatakan, bahwa keinginannya untuk mendirikan pabrik semen di Jember ini berawal dari kunjungannya ke negeri Tiongkok. Di negeri berpenduduk terpadat di dunia itu, Hengky mengaku melihat banyak pabrik kecil yang dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Dari yang dilihat itu, sepulang dari Tiongkok, Hengky langsung menghadap Bupati Djalal, untuk menyampaikan niatnya. “Kami langsung mengurus perijinan yang dibantu langsung oleh Bapak Bupati Djalal dengan menggerahkan stafnya dibagian perijinan”, kisahnya.(ind)

Bravo, Visit Jember Month !!!

Mungkin tidak terlalu berlebihan kalau di awal tulisan ini, penulis menyampaikan ucapan Selamat untuk Bapak Bupati Jember, Ir MZA Djalal. Karena dengan gagasan dan upayanya, Kota Jember sekarang lebih dikenal dan banyak dibicarakan orang dari lain daerah.

Bravo untuk Pak Djalal. Kami kagum dan harus memberikan acungan jempol atas upaya yang sudah dilakukan, karena lewat gagasan-gagasannya sekarang Kota Jember banyak mengalami perubahan. Tidak hanya namanya saja yang semakin dikenal orang di lain daerah dan mancanegara, tapi performa Kota Jember, juga terlihat semakin cantik saja.

Dari sisi pemberdayaan, sukses melambungkan nama Jember melalui gebyar Bulan Berkunjung ke Jember (BBJ) ini, juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Banyak perusahaan konveksi dan percetakan, kebanjiran order, menjelang BBJ digelar,.

Belum lagi bagi perusahaan makanan yang ada di Jember. Dengan semakin banyaknya kegiatan yang digelar pada event BBJ, para penjual makanan atau catering ini, banyak yang menerima pesanan. Dan yang seperti ini, sejak awal BBJ direncanakan memang sudah menjadi harapan dari penggagasnya, yaitu Bupati Djalal sendiri.

Itu dari sektor tertentu saja, belum lagi dari sektor yang lain. Lewat BBJ dan kegiatan promosi potensi yang dilakukan ke berbagai penjuru, sekarang Kabupaten Jember, mulai dilirik para pemilik modal. Setidaknya sudah ada beberapa investor yang sudah menanamkan modalnya di daerah ini, seperti Pizza Hut, Pabrik Semen Puger, dan Penambangan Pasir Besi, di Kencong.

Dari beberapa catatan ini kiranya cukup untuk sekadar contoh, bahwa sebagian dari tujuan digelarnya BBJ, sudah tercapai. Memang disadari, untuk tercapainya semua tujuan itu, bukanlah perkara gampang, karena selain membutuhkan waktu yang cukup, proses pencapaiannya pun juga tidak mudah, butuh perjuangan dan berbagai upaya.

Sekarang terlepas dari hasil yang sudah dicapai lewat gelaran BBJ. Kini yang patut mendapat perhatian dari keinginan demi keinginan yang hendak dicapai lewat BBJ adalah, bagaimana momentum tahunan ini tidak sampai menyingkirkan peradaban dan kebudayaan serta mengorbankan keadiluhungan norma yang berlaku di masyarakat.

Boleh-boleh saja Jember mengobsesikan dirinya menjadi daerah tujuan wisata, dan itu sangat bagus. Karena kalau impian itu bisa terwujud, maka tingkat kunjungan wisata ke daerah ini, akan semakin tinggi. Buntutnya, masyarakat akan ikut kecipratan rejeki dari perputaran uang lewat kegiatan belanja para wisatawan.

Masyarakat bisa menjual berbagai produk yang dihasilkan. Baik yang berupa hasil kerajinan (souvenir), produk pakaian, songkok dan batik khas Sumberjambe, usaha makanan, atau hasil bumi dari para petani.

Hanya saja yang perlu mendapat perhatian, yakni kemungkinan berubahnya masyarakat dan wajah Jember, ketika banyak wisatawan asing masuk. Karena klau Jember sudah kerap dikunjungi wisatawan, utamanya yang datang dari luar negeri, maka ada yang namanya penetrasi budaya. Dimana, peradaban yang lebih tinggi, berkecenderungan akan menekan (mempengaruhi) peradaban lain yang lebih rendah

Karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya yang demikian, perlu kiranya Pemkab Jember, sedikit lebih selektif dalam menentukan obyek wisata yang akan dikembangkan. Kalau sekiranya obyek wisata itu akan bisa mempengaruhi (merusak) budaya masyarakat lokal, mungkin ada baiknya kalau upaya pengembangannya, perlu ditinjau ulang.

Contoh, pengembangan kewisataan pantai sebagaimana yang sudah dilakukan beberapa daerah atau negara, seperti Bali, Hawaii, Kawasan Caribian, atau Pattaya di Thailand, dan lainnya, para wisatawannya lebih banyak dari kalangan yang suka buka-buka aurat. Atau dengan kata lain, mereka suka tidak menggunakan pakaian (telanjang-red), saat menikmati dan bermain di pantai.

Nah, kalau yang seperti ini dikembangkan di Jember, jelas akan banyak mendapat tantangan dari masyarakat. Karena disadari atau tidak, budaya yang hidup di daerah penghasil Tembakau ini, kental dengan nuansa keagamaan.

Karena itu, kalau boleh usul, pengembangan kewisataan di Jember, haruslah tetap mengacu pada kehidupan budaya yang berlaku di masyarakat. Artinya, pengembangan potensi kewisataan ini, dilandasi oleh kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan masyarakat.

Banyak yang bisa dilakukan, kaitan dengan pengembangan kewisataan dengan nuansa natural ini. Seperti Angon Bebek atau Panen Padi, yang biasa dilakukan masyarakat pedesaan, kalau kegiatan itu bisa dikemas dengan baik dan dilokalisir, maka akan mempermudah wisatawan asing untuk menikmatinya.

Ketertarikan wisatawan asing terhadap hal-hal yang naturalis ini, sering disampaikan mereka yang memang pernah berhubungan dan melihat langsung para turis yang terheran-heran melihat seorang pengembala bebeknya.

Tidak hanya itu saja yang bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisata ke Jember. Masih banyak kegiatan dan potensi lain yang bisa dikembangkan untuk kepentingan kewisataan. Contoh lain, Sungai Bondoyudo, yang letaknya persis di pinggir jalan poros Jember-Surabaya dan arusnya cukup tenang, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lomba dayung atau rakit.

Kalau lomba dayung atau rakit ini bisa digelar di sungai itu, jelas akan banyak mendapat perhatian dari pengguna dan penumpang kendaraan yang melintas di jalan tersebut. Dan ujung-ujungnya, masyarakat kecil bisa memanfaatkan event itu untuk menambah pendapatannya.

Karena itu, mari kita bangun kewisataan Jember dengan nuansa dan aroma yang benar-benar berbau Jember. Banyak yang bisa dilakukan untuk kemajuan dunia wisata di Jember, tanpa harus mencontoh atau mencontek daerah lain.

Daerah ini kaya akan potensi kewisataan. Tinggal bagaimana potensi kewisataan yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Jember itu bisa dikemas dan dimanaj dengan baik, sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.

Dan yang terpenting lagi, bagaimana upaya peningkatan kunjungan wisata ke Jember ini, tidak sampai merusak budaya dan kebiasaan yang sudah hidup secara turun temurun. Bravo, Pak Djalal. Bravo, Visit Jember Month (BBJ). Jember must be developed based on its own characteristic. (*)