Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 06 Juli 2009

Saatnya Menyertakan Agropolitan Sebagai Predikat Daerah


Jember yang Hijau dan Kaya akan Potensi Pertanian
Jember- LONTAR.
Kabupaten Malang segera mewujudkan impiannya menjadikan daerahnya Minapolitan. Lalu bagaimana dengan Kabupaten Jember yang kondisi wilayahnya nyaris tidak berbeda jauh dengan Malang. Kapan kota di kawasan timur Jawa Timur ini, menyertakan predikat Agropolitan bagi daerahnya?.

Kabupaten Malang yang sejak dulu dikenal sebagai daerah penghasil buah-buahan, belakangan mulai menyoroti sektor perikanan untuk dijadikan sasaran pengembangan potensi yang dimilikinya. Kabupaten ini berencana membuat kolam berukuran raksasa yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan pemancingan, termasuk kewisataan.
Ada tiga lokasi yang menurut rencana disiapkan untuk proyek ini, yaitu Desa Sukoanyar, Blayu dan Baringin, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Penyiapan lokasi oleh Pemkab Malang ini, sesuai kesepakatan yang telah dibuat antara Pemkab Malang dengan Pemprop dan pemerintah pusat.
Pemkab Malang sebagai pihak yang berketempatan atas lokasi proyek yang akan dilaksanakan, kebagian jatah menyiapkan lahan. Sedang pemprop kebagian membangun infrastruktur jalan, dan pemerintah pusat yang akan melaksanakan pembangunan kolam serta berbagai sarana penunjang yang dibutukan untuk kompleks minapolitan.
Kompleks Minapolitan tersebut, sebagaimana dikatakan Kepala Bagian Pertanahan Malang, M Jamhuri, akan dibiayai dari dana APBD kabupaten, APBD provinsi dan APBN. Dan untuk keperluan ini, sudah disediakan lahan berikut ketersediaan air yang cukup untuk menyuplai kolam-kolam ikan.
Lalu bagaimana dengan Kabupaten Jember, yang secara geografis kondisinya tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Malang. Daerah ini sebenarnya sama-sama memiliki peluang untuk menjadikan potensi pertaniannya sebagai icon daerah.
Telebih lagi, dari kebijakan dan program yang diluncurkan, sektor pertanian cukup mendapat perhatian dari Pemkab Jember. Ini terbukti, sektor ini dimasukkan ke dalam skala prioritas pembangunan di Kabupaten Jember, selain beberapa program lainnya, seperti pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana pedesaan.
Dari beberapa indikasi ini, Jember sudah seharusnyalah menyandangkan nama Agropolitan bagi daerahnya. Kalau Kabupaten Malang berani menyertakan nama Minapolitan (kota ikan) sebagai sebutan lain dari daerahnya, lalu kapan Kabupaten Jember, menyertakan sebutan Agropolitan, sebagai nama lain dari daerahnya.
Penamaan Agropolitan untuk Kabupaten Jember, sebenarnya tidak terlalu berlebihan, bahkan sangat pas dan pantas. Mengingat daerah ini sebagian besar wilayahnya terdiri atas lahan pertanian, ditambah penduduknya yang sebagian besar menggeluti dunia pertanian.
Lihat saja, Sungai Bondoyudo yang mengalir di sepanjang jalan poros Jember-Surabaya, memberi kesan, bahwa daerah ini layak untuk disebut sebagai daerah Agropolitan. Itu karena, fungsi dari sungai buatan ini bukan sebagai saluran pembuangan, tapi untuk mensuply kebutuhan air bagi persawahan yang ada di sepanjang sungai tersebut.
Dilain sisi, sungai yang membentang dari wilayah timur Kabupaten Lumajang hingga wilayah selatan Kabupaten Jember ini, dapat pula menjadi pemandangan yang menyegarkan bagi masyarakat luar kota yang hendak ke Jember. Mengingat, letak dari sungai ini persis berada di pinggir jalan poros jurusan Jember-Surabaya.
Sungai ini sekaligus juga berfungsi sebagai pintu masuk ke Kabupaten Jember, sekaligus juga sebagai pengenal bagi Kabupaten Jember kepada masyarakat dari luar daerah, bahwa wilayah ini merupakan daerah pertanian yang menjadi lumbung pangan untuk kawasan Jawa Timur, bahkan nasional.
Kabag Humas, Pemkab Jember, Drs Agus Slameto, M.Si, menilai penyebutan Jember sebagai Kota Agropolitan, sudah saatnya dilakukan. Itu karena, banyak indikator yang bisa dijadian acuan untuk menjadikan Jember sebagai daerah Agropolitan.
Hal itu diantaranya, adanya Kantor Wilayah I dan II, PT Perkebunan Nusantara XII. Kantor ini menjadi pusat kegiatan perusahaan perkebunan milik pemerintah untuk wilayah timur Jawa Timur. Di daerah ini juga terdapat beberapa perkebunan milik swasta, seperti Perkebunan Kalitengah, Sukokulon, Kaliglagah, Tugusari dan beberapa perkebunan lainnya.
Bahkan Jember juga memiliki badan usaha milik daerah (BUMD), yang bergerak di sektor perkebunan, yakni Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP). Di daerah ini, juga ada ada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao serta Laboratorium Penelitian Kualitas Tembakau. “Indikatornya, 40 % kebutuhan pangan nasional dipasok dari Jember. Jumlah areal pertanian dan perkebunannya juga di atas rata-rata standar nasional,” terangnya.
Sedang indikator umum yang bisa dijadikan acuan untuk menjadikan Jember sebagai daerah Agropolitan, kata Agus, yakni pasokan air untuk keperluan irigasi, baik melalui pengairan teknis maupun non teknis, sangat tercukupi. “Dari sisi demografi, 70 % masyarakat Jember adalah petani. Dan dari tahun ke tahun produksi pangannya terus meningkat,” jelasnya
Besarnya potensi yang dimiliki Kabupaten Jember di bidang pertanian ini, juga didukung oleh banyaknya komoditi pertanian. Berbagai jenis buah-buahan sampai tanaman pangan dan palawija serta sayuran, sangat mudah dijumpai di daerah ini.
Lebih dari itu, di daerah ini juga berdiri lembaga pendidikan yang terkait dengan dunia pertanian. Lembaga itu seperti, Politeknik Pertanian, Klinik Agro di Umbulsari, dan beberapa lembaga pertanian lain yang cukup banyak berdiri di Jember. “Belum lagi adanya Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Jadi sangat tepat kalau Jember dikatakan sebagai daerah Agropolitan,”tambahnya. (gig)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar